[1704151] Tugas Keselamatan Alat Angkat (T3)

Kepada Mahasiswa D4K3 UNIBA Semester VI Kelas B1 dan B2,

Berdasarkan studi kasus pada Tugas 2 Keselamatan Alat Angkat 2017 masing-masing yang sudah diposting sebelumnya, Anda diminta untuk:

  1. Buatlah minimal 5 (lima) tindakan perbaikan (corrective action) terhadap kejadian tersebut.
  2. Buatlah minimal 10 (sepuluh) tindakan pencegahan (preventive action).
  3. Buatlah minimal 5 (lima) rekomendasi Anda pada jenjang pekerja lapangan.
  4. Buatlah minimal 5 (lima) rekomendasi Anda pada jenjang manajerial (perusahaan).

Kerjakan tugas ini dengan cara sebagai berikut:

  1. Ketik tugas Anda secara langsung pada website ini dengan cara mengklik “Leave a comment” atau “Leave a reply”
  2. Salin (copy) Tugas ke-1 dan Tugas Ke-2 terlebih dahulu, kemudian tempelkan (paste) pada Tugas Ke-3.
  3. Buatlah analisis Anda di bagian bawahnya.
  4. Cantumkan sumber pustaka/referensi beserta alamat website-nya (bila ada).
  5. Cantumkan nama Anda, NIM, semester, dan kelas di bagian akhir tugas.
  6. Batas akhir posting adalah pada hari Sabtu 15 April 2017 pukul 23.59 WITA. Lewat waktu tersebut maka tugas Anda TIDAK akan mendapat approval untuk dipostingkan dan dianggap TIDAK mengerjakan tugas.
  7. Posting Anda hanya akan tampil setelah mendapatkan persetujuan terlebih dulu dari Administrator, sehingga Anda tidak perlu memposting berulang kali untuk tugas yang sama.
  8. Tidak ada tugas susulan atau perbaikan nilai untuk tugas ini.

Selamat mengerjakan. Always be safe!

28 thoughts on “[1704151] Tugas Keselamatan Alat Angkat (T3)

  1. Pengelola Proyek One Casablanca Residence Tertutup Soal Kecelakaan Crane
     
    Jakarta, PT Pulau Intan selaku pengelola proyek pembangunan apartemen One Casablanca Residence tertutup untuk memberi informasi mengenai kejadian kecelakaan kerja yang terjadi tadi pagi.
    Padahal ada informasi bahwa dalam kejadian itu seorang pekerja tertimpa besi yang jatuh, di proyek yang beralamat di Jalan Pal Batu 2, RT 12/04, Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan.
    Bahkan pihak kepolisian dari Polsek Tebet mengaku tak tahu korban dari peristiwa putusnya tali crane yang mengangkat besi itu, dilarikan ke rumah sakit mana.
    “Kami sendiri sulit mencari data faktanya. Sebab, pihak terkait terkesan tertutup memberikan keterangan,” kata Kanit Reskrim Polsek Tebet, Andung Suwito kepada Aktual.co, di Jakarta, Selasa (11/11).
    Andung menuturkan dari informasi yang masuk bahwa putusnya tali seling jangkar pengangkut besi memang menimpa salah seorang pekerja di proyek apartemen setinggi 24 lantai itu.
    “Memang ada korban satu. Tapi, kami sendiri belum mendapatkan indentitas korban dan di RS mananya korban di bawa,” katanya.
    Andung menambahkan, hingga kini, pihaknya masih mengumpulkan fakta-fakta terjadinya peristiwa tersebut hingga memakan satu orang korban luka.
     


    1. Analisis Kecelakaan Crane :
    Kecelakaan Crane tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah :
    -Beban yang diangkat melebihi SWL (Safe Working Load) yang dimiliki oleh crane tersebut. SWL merupakan batas beban maksimum yang diijinkan untuk diangkat oleh crane.
    -Kegiatan pemeriksaan dan maintenance yang tidak teratur, sehinggga banyak bagian-bagian crane yang mengalami kerusakan seperti korosi atau cracking. Berdasarkan permenakertran no 5 tahun 1985 bab VIII, pasal 138, ayat 4 yang menyebutkan bahwa pemeriksaan dan pengujian pesawat angkat dan angkut dilaksanakan selambat- lambatnya 2 (dua) tahun setelah pengujian pertama dan pemeriksaan pengujian ulang selanjutnya dilaksanakan 1 (satu) tahun sekali
    -Operator crane yang kurang ahli dan tidak tersertifikasi (Memiliki SIO). Berdasarkan Permenakertrans no 9 tahun 2010 bab II, pasal 5 yang menyebutkan bahwa Pesawat angkat dan angkut harus dioperasikan oleh operator pesawat angkat dan angkut yang mempunyai Lisensi K3 dan buku kerja sesuai jenis dan kualifikasinya.
     
    A. Faktor penyebab langsung
    – Kondisi Crane atau Sling crane yang digunakan sudah tidak layak pakai dan tidak mampu mengangkut beban sesuai dengan kapasitas bebannya
    – Saat akan digunakan tidak dilakukan Inspeksi terhadap crane dan peralatannya (lifting tools)
    – Tidak menaati prosedur kerja yang telah ditentukan
    – Tidak ada pengawasan yang dilakukan oleh pengawas proyek saat melakukan kegiatan pengangkatan besi
     
    B. Faktor penyebab tidak langsung
    – Rendahnya kesadaran karyawan proyek terhadap aspek keselamatan kerja
    – keahlian yang terbatas dari pekerja proyek/ pekerjaan tidak sesuai dengan tenaga kerja
    – pekerja proyek yang cenderung mengalami kelelahan (fatigue)
     
    2. Rekomendasi
    a. merencanakan lifting plan sebelum memulai pekerjaaan dan beban yang diangkat tidak melebihi SWL
    b. Perushaan harus memastikan operator dan juru ikat bersertifikasi dan memiliki SIO yang masih berlaku
    c. membuat jadwal pemeriksan dan maintenance terhadap crane sesuai dengan peraturan yang berlaku
    d. perusahaan harus melaporkan kejadian kecelakan kerja yang terjadi agar kecelakaan kerja dapat dievaluasi dan tidak terjadi lagi,
     


    A. Tindakan perbaikan (Corrective action)
    1. Melakukan revisi terhadap SOP
    2. Melakukan inspeksi terhadap crane dan lifting tools sebelum digunakan
    3. Memastikan setiap operator memiliki SIO yang masih berlaku
    4. Meningkatkan pengawaan terhadap kegiatan angkat angkut
    5. Harus ada permit lifting dan deksripsi alat yang akan digunakan
     
    B. Tindakan pencegahan (Preventive action)
    1. Pemilihan / penempatan pegawai secara tepat agar diperoleh keserasian antara pekerja dan tugasnya
    2. Memberikan training kepada karyawan sesuai dengan jenis pekerjaaannya
    3. Safety talk, Induction, Toolbox meeting dilakukan sesuai jadwal sebelum melakukan kegiatan
    4. Membuat instruksi kerja yang jelas mengenai kegiatan angkat angkut
    5. Semua crane harus dilengkapi dengan safety devices
    6. Membuat system work permit
    7. Membuat jadwal rutin inspeksi dan dokumentasi perbaiakan alat angkat
    8. Membuat lifting plan semelum melakukan kegiatan penangkatan
    9. Ceklist peralatan lifting sebelum digunakan
    10. Membuat system reward and punishment agar pekerja lebih berhati-hati
     
    C. Rekomendasi pada jenjang pekerja lapangan
    1. Operator harus mempu menolak pekerjaan yang diperhitungkan dapat menyebabkan kecelakaan
    2. Pastikan tempat berpijak aman, daya dukung tanah keras serta radius swing aman
    3. Tidak boleh ada pekerja yang berada dibawah wilayah pengangkatan
    4. Saat pengangkatan, pastikan ada signalman / Dogman
    5. Lifting tools sudah di inspeksi dan pengawas lapangan selalu ada
     
    D. Rekomendasi pada jenjang manajerial (perusahaan)
    1. HRD harus merekrut pekerja yang kompeten sesuai dengan keahliannya
    2. Memberikan training kepada karyawan
    3. Penentuan pelaksana pengawasan guna melaksanakan dan mengawasi system dan prosedur kerja yang benar
    4. Membuat SOP dan JSA lifting
    5. Pembentukan P2K3 untuk mambahas isu-isu berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan ditempat Kerja
     
    Sumber pustaka:
    Aktual.com, edisi Selasa 11 November 2014 14:40 WIB
    http://www.aktual.com/pengelola-proyek-one-casablanca-residence-tertutup-soal-kecelakaan-crane/
     


    Nama: M. Wahyu Isnandar
    NIM: 14.11.106.701501.1271
    Semester: VI
    Kelas: B2

  2. Crane Roboh di Pelabuhan Pangkalbalam
     
    Pangkalpinang – Sebuah alat berat “Crane” yang digunakan untuk mengangkat dan memindahkan muatan dari kapal, Rabu (26/8/2015) roboh akibat tidak mampu menahan kelebihan beban muatan yang diangkat.
    Peristiwa robohnya crane tersebut terjadi sekitar pukul 08.00 Wib di dermaga bongkar muat barang Pangkalbalam Kota Pangkalpinang. Beruntung dalam peristiwa kecelakaan kerja tersebut tidak memakan korban. Beberapa saksi telah diperiksa oleh aparat berwenang dari Kesatuan Pelaksanaan Pengamanan Pelabuhan (KPPP) Pangkalbalam Polres Pangkalpinang.
    Saksi mata Agus Noveri (44) warga Jakarta Utara–operator crane yang mengalami kecelakaan, dalam pemeriksaan oleh pihak kepolisian mengatakan bahwa pagi itu ia melakukan pekerjaan rutin memindahkan muatan peti kemas dari dalam kapal Sentosa 203.
    “Di dalam kapal Sentosa 203 tersebut terdapat 43 peti kemas yang hendak dibongkar. Masing-masing peti kemas kurang lebih bobotnya 22 ton, sedangkan crane yang saya gunakan mempunyai kekuatan angkat hingga 83 ton. Pembongkaran hingga peti kemas yang ke 36 berjalan lancar, ketika mengangkat peti kemas yang ke 37 tiba-tiba menara angkat beban dari crane terjatuh berikut peti kemas langsung terjun ke dalam kapal Sentosa 203,” jelas Agus.
    Ujung dari menara angkat beban yang terjatuh kemudian menimpa ruang kemudi kapal Sentosa 201 yang bersandar disamping kapal Sentosa 203 yang pagi itu sedang bongkar muatan.
    “Setelah itu saya melakukan pengecekan ternyata di buritan menara angkat beban yang biasa disebut tiang mas dimana terdapat beban penahanan menara angkat beban ini mengalami kerusakan dan patah,” ungkap Agus.
    Kerusakan pada tiang mas atau menara angkat beban dikatakan oleh Agus akibat dari batas sambungan yang terdapat las dari pembuatan pabrik tidak kuat menahan beban. “Setelah melakukan pengecekan lalu saya lapor ke Kepala Cabang Bangka Jaya Line Pak Eko terkait patahnya crane itu, baru dari Pak Eko lapor peristiwa kecelakaan ke pihak yang berwenang,” tandas Agus.
    Kepala Kesatuan Pelaksanaan Pengamanan Pelabuhan (KPPP) Pangkalbalam Polres Pangkalpinang Ajun Komisaris Herrianto mengatakan, pihaknya masih melakukan penyelidikan secara menyeluruh terkait kecelakaan kerja patahnya crane yang digunakan untuk bongkat muatan kapal.
    “Kita tidak mau berspekulasi mengenai penyebab patahnya crane, yang jelas kita sudah melakukan olah tempat kejadian perkara dan melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah saksi. Namun dugaan sementara masih murni kecelakaan kerja, tidak ada korban jiwa serta tidak mengganggu aktifitas bongkar muat kapal yang lainnya,” jelas Herri
     


    1. Analisis kecelakaan crane ini dapat disebabkan oleh beberapa factor diantarnya adalah :
    • Beban yang diangkat oleh crane kapal Sentosa 203 melebihi SWL (Safe Working Load) yang dimiliki oleh crane tersebut dan mengakibatkan crane ini roboh
    • Operator crane yang tidak bersertifikasi dan tidak memliki SIO (Surat Izin Operational)
    • Tidak adanya jadwal pengecekan crane yang secera teratur dan mengakibat crane mengalami korosi
     
    A. Faktor penyebab langsung
    • Tidak dilakukannya inspeksi terhadap crane sebelum digunakan
    • Tidak mentaati prosedur kerja
    • Kondisi crane yang sudah tidak layak pakai
    • Tidak melaporkannya adanya kerusakan pada crane
     
    B. Faktor penyebab tidak langsung
    • Operator crane tidak sesuai dengan tenaga kerja
    • Operator mengalami kelelahan
    • Kurangnya keahlian dari pekerja
     
    2. Rekomendasi yang harus dilakukan oleh kapal Sentosa 203 :
    • Selalu melalukan pengecekan terhadap crane baik sebelum menggunakkan crane maupun sesudah menggunakkan crane
    • Memberikan training kepada operator crane dan pada pekerja kapal
    • Mengganti bagian crane bila terjadi kerusakan
     


    A. Tindakan perbaikan (Corrective Action)
    1. Meningkatkan keamanan bekerja
    2. Memastikan operator crane harus memiliki SIO
    3. Memperbaiki jadwal inspeksi crane agar crane di inspeksi secara teratur
    4. Meningkatkan pengawasan kegiatan alat angkut
    5. Harus ada permit lifting alat yang digunakan
     
    B. Tindakan pencegahan (Preventive Action)
    1. Melakukan ToolBox meeting dan safety talk sebelum memulai pekerjaan
    2. Memberikan training dan pendididkan K3 kepada karyawan sesuai jobnya
    3. Memberikan instruksi tentang kerja yang aman
    4. Membuat ceklist peralatan lifting sebelum digunakan maupun sesudah digunakan
    5. Melakukan inspeksi crane secara berskala
    6. Crane yang digunakan harus di lengkapi dengan safety devices
    7. Memberikan punishment kepada pekerja agar lebih berhati¬¬-hati
    8. Melakukan pemantauan dan pengendalian tindakan tidak aman di tempat kerja
    9. Membuat work permit
    10. Melakukan pengembangan sumber daya ataupun teknologi yang berkaitan dengan peningkatan penerapan K3 di tempat kerja
     
    C. Rekomendasi pada jenjang pekerja lapangan
    1. Lifting tools harus sudah di inspeksi
    2. Pengawas lapangan harus ada saat proses pengangkatan
    3. Saat memulai pengangkatan pastikan ada signalman
    4. Tidak boleh adanya kegiatan pekerjaan lain dibawah crane saat proses kegiatan pengangkatan
    5. Memastikan radius swing crane aman
     
    D. Rekomendasi pada jenjang manajerial (Perusahaan)
    1. Penyediaan sarana dan prasarana K3 dan pendukungnya di tempat kerja
    2. Memberikan training dan pendidikan K3 kepada karyawan
    3. Pimpinan perusahaan harus memperkerjakan pekerja yang ahli atau berkompeten
    4. Membuat SOP dan JSA lifting
    5. Pembentukan P2K3 untuk membahasa isu-isu
     
    Sumber pustaka:
    Rakyat Pos, edisi 29 Agustus 2015 3:26 WIB
    http://www.rakyatpos.com/crane-roboh-di-pelabuhan-pangkalbalam.html
     


    Nama: Ryan Ade Putra
    NIM: 14.11.106.701501.1285
    Semester: VI
    Kelas: B2

  3. Kecelakaan Kerja Di PT IKPP Perawang Dua Orang Tewas
     
    RIAUONE.COM, PERAWANG, RIAU, ROC, – Dua orang tewas dan lima orang mengalmi luka-luka, akibat sebuah crane patah dan tumbang di areal kempeyor WP 9 PT IKPP Perawang, Kabupaten Siak, Jumat (12/6/2015) sekitar 14.30 Wib. pihak Kepolisian masih menyelidiki kejadian ini.
    Pantauan di klinik PT IKPP Perawang KPR 1 Perawang sekitar pukul 16.00 Wib, tujuh orang korban menjalani perawatan. Dokter dan perawat sibuk mengurus korban kecelakaan kerja tersebut.
    Jasman dan Deni merupakan Kontraktor PT Mekar Indah Abadi, dirujuk ke Rumah Sakit Eka Hospital Pekanbaru karena mengalami kepala bocor, sementara tiga orang lainnya mengalami luka ringan.
    Dua orang kontraktor PT Mertapura yang meninggal dunia adalah, Agus salim (49) dan Andre (23). Mereka tewas di tempat kejadian, akibat tertimpa runtuhan besi saat berada di atas Kompeyor WP 9.
    Berdasarkan keterangan dari korban Ramadhan, yang juga kontraktor ketika itu berada di WP 9 Mengatakan, mereka sedang bekerja mengecor semen untuk pondasi di Kempeyor WP 9. Seketika crane patah dan mengarah ke tempat mereka bekerja.
    “Kami sedang bekerja di kempeyor WP 9, sebagai pengecor semen untuk membuat pondasi, seketika itu crane patah mengarah ke tempat kami bekerja,” ujarnya ditanya wartawan di Klinik IKPP Perawang KPR 1, Kecamatan Tualang.
    Sebelum kejadian ia bekerja di trowel kempeyor WP 9 dan runtuhan menimpa badannya.
    “Atas kejadian tersebut kepala saya mengalami luka,”jelasnya
    Sementara itu, Humas IKPP Perawang Armadi SE ketika dikonfirmasi, membenarkan kejadian tersebut di Areal WP 9 PT IKPP Perawang. “Untuk korban terdiri dari tujuh orang, dua orang di antaranya meninggal di tempat.
    Tiga orang lagi dibolehkan pulang dan dua orang lagi dirujuk ke Rumah Sakit Eka Hospital Pekanbaru,” katanya.
    “Kepada pihak kontraktor untuk dapat memberikan santunan kepada korban sesuai peraturan yang ada,” harapnya
    Ditambahkan Armadi, dua orang yang meninggal dunia tersebut di bawah pihak keluarga ke Medan untuk dimakamkan.
    Kapolres Siak AKBP Ino Harianto melalui Kapolsek Tualang Kompol Achmad Gusti Hartono membenarkan kejadian tersebut.
    “Saat ini kita sedang melakukan olah TKP dan proses penyelidikan,” terang kapolsek. (si/roc/*).
     


    1. Analisis Kecelakaan Kerja
    a) Faktor Penyebab Langsung
    – Tidak mengikuti prosedur dan peraturan standar pengangkutan crane sehingga boom crane seketika patah dikarenakan berat beban yang diangkat melebihi kapasitas daya angkut crane.
     
    b) Faktor Penyebab Tidak Langsung
    – Pekerjaan tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya, pekerjaan beresiko tinggi namun belum ada upaya pengendalian di dalamnya, dan kurangnya pengawasan dari pihak manajemen di kegiatan pengangkatan menggunakan crane.
     
    2. Rekomendasi untuk Pihak Manajemen Perusahaan
    – Perlu ada perbaikan sistem prosedur dan kebijakan-kebijakan standar pengangkutan dalam menggunakan crane.
    – Membangun kembali komitmen manajemen dalam pelaksanaan K3 dan menegakan peraturan-peraturan yang kuat berdasarkan Undang-Undang dan Peraturan yang ada.
    – Melakukan evaluasi dan membuat bentuk upaya pengendalian bahaya dari kegiatan pengangkatan material, dan juga pihak manajemen harus ikut andil dalam mengawasi prosedur-prosedur sebelum dilakukannya proses pengangkatan.
     


    A. Corrective Action
    1. Memperbaiki sistem prosedur dan kebijakan-kebijakan K3 yang belum berjalan di perusahaan.
    2. Melakukan analisa bahaya serta perencanaan control safety yang tepat dan efesien pada pekerjaan yg memiliki resiko sangat tinggi.
    3. Sebelum melakukan pengangkatan menggunakan crane, harus melakukan perhitungan beban terlebih dahulu yang disesuaikan dengan batas maksimum pengangkatan dan telah direncanakan secara sistematis.
    4. Lakukan inspeksi pada peralatan-peralatan secara rutin.
    5. Melakukan Audit untuk mengevaluasi kinerja k3 dan sebagai bahan acuan bagi perusahaan untuk melakukan perbaikan dan meminimalisir resiko terjadinya accident.
     
    B. Preventive Action
    1. Menjalankan Prosedur dan Aturan K3 di tempat kerja.
    2. Menyediakan Sarana dan Prasarana K3 dan pendukungnya di tempat kerja.
    3. Menganalisa area kerja, untuk mengetahui dan meminimalisir bahaya apa saja yg bisa terjadi .
    4. Pemantauan dan Pengendalian Kondisi Tidak Aman di tempat kerja.
    5. Memberikan Pelatihan dan Pendidikan K3 terhadap tenaga kerja.
    6. Melakukan Konseling dan Konsultasi mengenai penerapan K3 bersama tenaga kerja.
    7. Mensosialisasikan kepada tenaga kerja untuk selalu memakai alat pelindung diri.
    8. Mengikuti standar prosedur kerja.
    9. Melakukan Pemilihan /penempatan pekerja secara tepat agar diperoleh keserasian antara bakat dan kemampuan fisik pekerja dengan tugasnya.
    10. Memberikan Pengarahan penyaluran instruksi dan informasi yang lengkap dan jelas kepada semua pekerja.
     
    C. Rekomendasi untuk Pekerja Lapangan
    1. Melakukan pemeriksaan rutin sebelum mengoprasikan crane.
    2. Meningkatkan kerjasama dalam pengarahan penyaluran instruksi dan informasi yang lengkap dan jelas dalam melakukan tahap operasi pengangkatan.
    3. Memberikan Konseling dan Konsultasi mengenai penerapan K3 bersama tenaga kerja.
    4. Melakukan pemantauan dan Pengendalian Kondisi Tidak Aman di area kerja.
    5. Memperhitungkan beban yang akan diangkat menggunakan crane yang disesuaikan dengan batas maksimum pengangkatan.
     
    D. Rekomendasi untuk Perusahaan
    1. Membuat peraturan-peraturan yang kuat berdasarkan Undang-Undang dan Peraturan-Peraturan dalam menggunakan crane.
    2. Melakukan perbaikan sistem prosedur dan kebijakan-kebijakan standar pengangkutan dalam menggunakan crane.
    3. Pengrekrutan tenaga kerja operator crane yang berpengalaman dan mempunyai SIO (Surat Izin Operasional) dan Lisensi K3 dalam mengoprasikan crane.
    4. Memberikan training dalam pengoperasian crane kepada operator.
    5. Melakukan Audit secara berkala untuk sebagai bahan evaluasi kinerja k3 buat perusahaan.
     
    Sumber Pustaka:
    Riauone.com, edisi Sabtu 13 Juni 2015 10:37 WIB
    http://riauone.com/global/sub/nasional/Kecelakaan-Kerja-Di-PT-IKPP-Perawang-Dua-Orang-Tewas
     


    Nama: Novan Eka Saputra
    NIM: 14.11.106.701501.1301
    Semester: VI
    Kelas: B2

  4. Tertimpa Besi Crane, ABK Tewas
     
    TANJUNG REDEB – Kecelakaan kerja kembali terjadi. Kali ini menimpa Anak Buah Kapal (ABK) bernama Suardi yang sedang melakukan pemuatan beras ke dalam truk di Pelabuhan Tanjung Redeb, Jalan Pengeran Antasari sekitar pukul 10.00 Wita, Rabu (01/02/2017).
    Menurut keterangan saksi yang juga sebagai rekan korban, Nawir, saat kejadian ia bersama korban dan satu rekan lainnya sedang memuat beras ke dalam truk. Namun, saat itu, ia belum berada di dalam truk, hanya Suardi dan satu rekannya.
    “Posisinya saya belum naik ke atas bak truk, hanya mereka berdua yang ada di atas itu,” ungkapnya kepada beraunews.com.
    Dikatakannya, saat itu posisi barang diangkat menggunakan kren. Namun, saat barang sudah naik ke atas truk, baut tali sling pengingat crane lepas dan besi crane jatuh menimpa kepala korban, dan seketika korban tak sadarkan diri.
    “Sepertinya baut tali sling-nya lepas dan besinya jatuh menimpa kepala Suardi,” lanjutnya.
    Melihat kondisi korban yang parah, ia bersama rekannya langsung membawa korban ke RSUD dr. Abdul Rivai untuk mendapat pertolongan medis.
    Humas RSUD dr. Abdul Rivai, Erva Anggriana membenarkan kejadian tersebut. Ia mengatakan, korban datang ke rumah sakit sekitar 10.30 Wita dalam kondisi kesadaran menurun. Kondisi korban sendiri mengalami luka dibagikan kepala dan telinga mengeluarkan darah.
    “Sekitar pukul 11.30 Wita, korban sudah mulai kritis sempat dilakukan resusitasi (tindakan atau pertolongan untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan fungsi jantung yang terganggu guna melangsungkan hidup penderita) 45 menit namun pasien tidak tertolong dan meninggal dunia sekitar puku 12.15 Wita,” jelasnya.
    Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Berau, AKP Damus Asa melalui Kaur Bin Ops IPTU Suwarno mengatakan, jika saat ini polisi masih melakukan penyelidikan dan mengumpulkan keterangan beberapa orang yang ada di TKP.
    “Masih kami lakukan pemeriksaan beberapa saksi dan besi yang menimpa korban juga kami amankan. Selain itu, kami meminta agar kapal tidak beroperasi dan bergeser dari pelabuhan dulu,” pungkasnya.
     


    A.Faktor penyebab langsung:
    • Kepala suardi (korban) kejatuhan besi crane
     
    B.Faktor penyebab tak langsung:
    • Baut tali sling lepas.
    • Operator/supervisor tidak melakukan observasi pada crane sebelum digunakan.
    • Operator tidak memastikan posisi pengangkatan yang benar dan aman.
    • Korban tidak mengetahui bahaya yang ada di lingkungan pekerjaan.
    • Korban berada di bawah crane dan muatan crane.
    • Kurangnya pengawasan dari pihak management perusahaan.

    Mana rekomendasi tugas ke-2 yang harus dicantumkan pada tugas ini?
     


    A. Corrective action (upaya perbaikan)
    1. Melakukan pekerjaan sesuai dengan arahan supervisor.
    2. Supervisor melakukan pengawasan terhadap pekerjaan yang di laksanakan.
    3. Menggunakan alat crane yang sesuai dengan kapasitas beban dan dalam kondisi yang sehat.
    4. Operator crane melakukan pengecekan pada unit cranenya sebelum dioperasikan.
    5. Memberikan pelatihan budaya k3 terhadap pekerja.
     
    B. Preventive action (upaya pencegahan)
    1. Memberikan brifing kepada seluruh pekerja sebelum melakukan kegiatan agar para pekerja mengetahui bahya yang aa disekitar lingkungan kerja.
    2. Melakukan inspeksi terhadap alat dan peralatan secara rutin
    3. Menjalankan Prosedur dan Aturan K3 di tempat kerja.
    4. Menyediakan Sarana dan Prasarana K3 dan pendukungnya di tempat kerja.
    5. Mensosialisasikan kepada tenaga kerja untuk selalu memakai alat pelindung diri.
    6. Mengikuti standar prosedur kerja.
    7. Melakukan Pemilihan /penempatan pekerja secara tepat agar diperoleh keserasian antara bakat dan kemampuan fisik pekerja dengan tugasnya.
    8. Memberikan Pengarahan penyaluran instruksi dan informasi yang lengkap dan jelas kepada semua pekerja
    9. Menganalisa area kerja, untuk mengetahui dan meminimalisir bahaya apa saja yg bisa terjadi .
    10. Pemantauan dan Pengendalian Kondisi Tidak Aman di tempat kerja.
     
    C. Rekomendasi terhadap pekerja lapangan
    1. Proses pengangkatan material harus dilaksanakan oleh operator yang berkompeten yang ditunjukan dengan simper.
    2. Operator dan supervisor harus memastikan bahwa lingkungan kerja (tidak ada orang disekitar crane) aman dan proses pengangkatan dilaksanakan dengan aman.
    3. Operator dan supervisor harus melakukan observasi terhadap alat yg digunakan dan juga beban muatan harus diketahui.
    4. Operator dan supervisor harus melakukan pengecekan dan memastikan bahwa ikatan pada beban sudah aman.
    5. Semua pekerja (termasuk ABK) harus mengetahui tentang bahaya yang ada dilingkungan kerja.
     
    D. Rekomendasi terhadap management perusahaan
    1. Management harus memastikan bahwa semua pekerja mengetahui tentang k3 dan upaya pencegahan kecelakaan kerja.
    2. Management harus memberikan informasi yang jelas dan akurat terhadap pekerja.
    3. Management harus menyediakan peralatan APD dan peralatan kerja yang memenuhi standar.
    4. Management harus melakukan pemantauan terhadap pekerja yang ada di lapangan dan memberikan instruktur.
    5. Management harus memiliki team resque yang handal untuk menangani jika terjadi insiden di lapangan.
     
    Sumber pustaka:
    Harian Berau Post edisi Rabu, 01 Februari 2017 20:52 wita.
    http://www.beraunews.com/hukum-kriminal/polres/2638-tertimpa-besi-crane-abk-tewas
     


    Nama : Moh. Abdul Rokhim
    NIM : 14.11.106.701501.1295
    Semester : VI
    Kelas : B2

  5. Tora Tewas, Jatuh dari Ketinggian 12 Meter
     
    Suara.com – Kecelakaan kerja dalam proses pembangunan gedung kuliah bersama di Universitas Mataram menewaskan seorang pekerja dari PT Kreatif Abadi Indonesia. Pekerja yang tewas akibat kecelakaan pada Selasa (2/12/2014) itu adalah Tora (32) asal Lamongan, Jawa Timur. Selain Tora, empat korban lainnya yang mengalami luka-luka adalah Ujang (34), Sarifudin (33), Yasto (38), dan Bayu (34).
    Ujang salah seorang korban yang mengalami patah tulang di bagian tangan kanannya, Rabu, menuturkan bahwa rekannya yang tewas dalam kecelakaan tersebut telah dijemput oleh pihak keluarga dan sudah dipulangkan ke kampung halaman pada Selasa (2/12).
    Sedangkan tiga rekan lainnya yakni Sarifudin, Yasto, dan Bayu hingga kini masih mendapatkan perawatan medis di rumah sakit. “Ketiganya sudah siuman, dan kini masih dirawat,” ujarnya saat ditemui di gedung kuliah bersama (GKB) Unram.
    Menurut keterangan Ujang, kecelakaan kerja itu terjadi di saat sedang membongkar “crane”. Ia menduga ada satu “pen” penguncinya patah mengakibatkan “crane” ambruk. “Saya bersama tiga rekan lainnya berada di ‘crane’ dengan ketinggian 12 meter dan satunya lagi di bawah. Kami bertugas untuk membongkarnya karena kontrak kerja sudah habis,” ujarnya. Saat kecelakaan itu, kata dia, dua rekannya yang berada di atas terjatuh, salah satunya adalah Tora. Sedangkan dirinya tersangkut besi dengan kondisi tangan kanan sudah patah.
    “Saat itu saya sudah tidak sadarkan diri. Karena kepala saya terkena benturan keras,” kata Ujang.
    Ujang yang dijumpai di lokasi kejadian itu kini sudah dalam keadaan membaik, namun terlihat tangan kanannya terbalut kain putih dan masih terdapat luka memar di bagian kening dan lehernya.
    Sementara itu, Poltak Aritonang, pemborong proyek pembangunan GKB Unram mengatakan bahwa saat kecelakaan itu dirinya tidak berada di tempat. “Saya waktu itu lagi di luar, jadi tidak tahu pasti kronologisnya,” kata Poltak. Namun ia membenarkan bahwa kontrak kerja dengan PT Kreatif Abadi Indonesia sudah selesai sejak 25 November 2014 lalu. “Kontraknya sudah selesai, jadi mereka lagi tahap pembongkaran alat,” ujarnya.
    Lebih jauh Poltak menuturkan bahwa pembangunan GKB Unram yang dilakukan sejak 12 Juli 2014 itu sebentar lagi akan selesai, pada 8 Desember 2014 rampung sesuai target. “Kami sebenarnya dalam tahapan ‘finishing’, minggu depan bangunan ini sudah jadi,” katanya.
     


    1. Analisis Penyebab Kecelakaan Kerja
    Penyebab kecelakaan kerja dia atas karena ketika sedang membongkar crane ada salah satu “pen” penguncinya yang patah mengakibatkan “crane” yang berada di ketinggian 12 meter ambruk. Dan ketika crane ambruk lima orang pekerja yang sedang berada di crane mengalami kecelakaan tersebut mengakibatkan satu orang tewas dan empat korban lainnya mengalami luka-luka
     
    A. Faktor penyebab langsung
    • Tidak ada pengawasan terhadap para pekerja ketika sedang melakukan pembongkaran crane
    • Tidak adanya SOP tentang bagaimana cara melakukan pembongkaran crane
    • Tidak dilakukan inspeksi terhadap crane
    • Pengawas tidak memberikan safety talk mengenai bagaimana cara melakukan arahan kepada pekerjanya
     
    B. Faktor Penyebab tidak langsung
    • Pekerja tidak memiliki keahlian dan pengetahuan dalam melakukan pembongkaran crane
    • Pekerjaan tidak sesuai dengan keahlian atau skill para pekerja
    • Pekerja tidak mementingkan keselamatan dalam melakukan pekerjaan
    • Kesalahan dalam merekrut pekerja
     
    C. Rekomendasi
    • Memberikan pelatihan bagi para pekerja
    • Membuat prosedur bagaimana melakukan perkajaan dengan benar
    • Memberikan safety talk kepada pekerja
    • Mengawasi para pekerja terutama pekerjaan yang memiliki pontensi kecelakaan sangat besar
     


    A. Corrective Action
    1. Menerapkan system k3 di perusahaan dengan lebih ketat
    2. Melakukan Pengecekan pada alat secara berkala
    3. Mengkaji dan mengevaluasi system k3 yang sudah diterapkan.
    4. Membuat SOP dan JSA dengan lebih teliti
    5. Melakukan analisa di lingkungan kerja dan membuat control pencegahan terhadap bahaya tersebut.
     
    B. Preventive Action
    1. Rutin menyampaikan safety talk sebelum melakukan pekerjaan.
    2. Memastikan pakerja sudah menggunakan APD ketika melakukan pekerjaan
    3. Mengawasi secara langsung para pekerja
    4. Menginspeksi peralatan para pekerja
    5. Memastikan pekerja sudah bekerja sesuai dengan SOP
    6. Memastikan pekerja sudah menggunakan alat pelindung kerja dengan baik dan benar
    7. Mengispeksi Crane secara rutin
    8. Melakukan konsultasi dengan pihak-pihak lain yang lebih berpengalaman di bidang k3
    9. Memberikan pelatihan bagi para pekerja
    10. Menempatkan pekerja sesuai dengan ke ahliannya
     
    C. Rekomendasi untuk pekerja lapangan
    1. Selalu mengingatkan dan memberi informasi tentang bahaya yang ada dilingkungan kerja
    2. Meningkatkan kedasadaran para pekerja dalam keselamatan bekerja
    3. Memberi pelatihan bagi para pekerja
    4. Membuat SOP dan JSA
    5. Pengawas pekerjaan lebih aktif mengawasi para pekerja
     
    D. Rekomendasi untuk Perusahaan
    1. Melalukan Audit pada system k3 yang sudah di terapkan
    2. Memastikan bahwa crane memiliki lisensi
    3. Mengkaji dan mengevaluasi system k3 yang sudah di terapkan secara rutin
    4. Menyediakan Pelatihan bagi pekerja
    5. Lebih selktif dalam memilih para pekerja
     
    Sumber Pustaka:
    Suara.com edisi Rabu 3 Desember 2014 jam 23:13 WIB
    http://www.suara.com/news/2014/12/03/231300/tora-tewas-jatuh-dari-ketinggian-12-meter
     


    Nama: Anugerah Taufiq Ismail
    NIM: 14.11.106.701501.1302
    Semester: VI
    Kelas: B2

  6. Operator Tewas Tertimpa Crane

    SENDAWAR – Seorang karyawan PT Gunung Bayan (GBPC) Kutai Barat (Kubar) mengalami nasib nahas, Kamis (2/7) lalu sekitar pukul 10.30 Wita. Karyawan bernama Abdullah (35) tewas akibat tertimpa crane,alat pengangkat yang biasa di gunakan di dalam proyek konstruksi, ambruk dan menimpa dirinya. Besi panjang dengan berat sekitar 70 Ton itu menghantam tubuh korban.
    Abdullah mengalami kecelakaan kerja di kampung Sebelang, Kecamatan Muara Pahu. Petugas Polsek Muara Pahu Aiptu Joko S menyebutkan, korban tinggal di RT 2 Kampung Sebelang. Korban yang bekerja sebagai operator crane di perusahaan batu bara (GBPC). Hari itu, dia sedang melakukan aktifitas pembongkaran conveyor.
    “Tiba-tiba crane miring ke kanan. Dalam hitungan detik, crane pun ambruk. Memang korban sempat melompat dari ruangan operator. Namun entah mengapa dia malah pindah ke arah besi crane yang ambruk,” Kata Joko.
    Hingga pukul 15.00 Wita, jasad Abdullah belum dapat dievakuasi kerena harus memindahkan besi sangat berat, sementara tak ada alat yang bisa dipakai.
    Puluhan pekerja yang berada di lokasi yang selama beberapa waktu hanya berkerumun menatap ke arah tubuh korban. Mereka seakan tidak percaya meyaksikan teman sekerja dan dikenal akrab, tewas dengan kondisi yang sangat mengenaskan


    Analisis dari kecelakaan yang terjadi adalah :
    1. Crane kehilangan keseimbangan pada saat mengangkat conveyor
    2. Crane yang digunakan tidak mampu mengangkat beban dari conveyor yang diangkat
    3. Operator tidak mengetahui berapa berat conveyor yang diangkat

    Faktor penyebab langsung dari kecelakaan ini adalah :
    1. Tidak dilakukan inspeksi terhadap crane sebelum digunakan
    2. Beban dari conveyor melebihi batas SWL (Safe Working Load) dari crane yang dipakai
    3. Tidak terdapat label atau tanda berapa berat conveyor yang akan diangkat
    4. Operator tidak mematuhi instruksi kerja yang diberikan
    5. Tidak ada pengawasan dari pihak safety atau pengawas proyek saat akan dilakukan proses pengangkatan conveyor tersebut

    Faktor tidak langsung dari kecelakaan ini adalah :
    1. Rendahnya kesadaran seluruh karyawan proyek tentang aspek keselamatan kerja
    2. Kurangnya sosialisasi kepada karyawan tentang aspek aspek keselamatan kerja yang dilakukan oleh pihak safety ataupun pengawas proyek
    3. Operator mengalami kelelahan pada saat bekerja sehingga mengabaikan instruksi kerja yang diberikan
    4. Perencanaan jam kerja yang kurang baik sehingga karyawan mengalami kelelahan

    Rekomendasi yang diberikan :
    1. Selalu dilakukan inspeksi dan maintenance terhadap crane yang akan digunakan sesuai dengan yang tertera dalam Permenakertran No.5 tahun 1985 Bab VIII pasal 138 ayat 4
    2. Sebelum melakukan pekerjaan seluruh karyawan diberikan induksi dan dilakukan safety meeting untuk membahas bahaya apa saja yang ada dalam proses bekerja
    3. Pihak safety ataupun pengawas proyek selalu melakukan pengawasan terhadap seluruh karyawan yang bekerja
    4. Seluruh karyawan diberikan sosialisasi terhadap aspek keselamatan kerja
    5. Pengaturan jam kerja yang lebih baik agar para pekerja tidak mengalai kelelahan atau fatigue


    A. Tindakan Perbaikan (corrective action) :
    1. Selalu dilakukan inspeksi dan maintenance terhadap crane yang akan digunakan sesuai dengan yang tertera dalam Permenakertran No.5 tahun 1985 Bab VIII pasal 138 ayat 4
    2. Sebelum melakukan pekerjaan seluruh karyawan diberikan induksi dan dilakukan safety meeting untuk membahas bahaya apa saja yang ada dalam proses kerja yag akan dilakukan
    3. Pihak safety ataupun pengawas proyek selalu melakukan pengawasan terhadap seluruh karyawan yang bekerja
    4. Memperbaiki system dan prosedur tentang K3 di perusahaan dan mensosialisasikan kembali kepada karyawan
    5. Mengevaluasi ulang SOP dan JSA yang telah dibuat
    6. Pengaturan jam kerja yang lebih baik agar para pekerja tidak mengalami kelelahan atau fatigue
    7. Melakukan training kepada pekerja tentang human behavior tentang K3untuk memberikan edukasi tentang pentingnya keselamatan kerja di area kerja agar tidak ada pekerja yang melanggar atau prosedur kerja yang telah di terapkan dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang si sebabkan dari aspek manusia

    B. Tindakan Pencegahan (Preventive Action)
    1. Menganalisa ulang dan melakukan pengendalian terhadap bahaya di tempat kerja untuk mengetahui apakah ada sumber bahaya baru yang belum di berikan control
    2. Membuat checklist terhadap semua peralatan kerja yang akan digunakan dan para pekerja wajib untuk mengisi checklist tersebut sebelum menggunakan peralatan itu
    3. Memastikan operator crane memiliki SIO yang sesuai dengan crane yang digunakan
    4. Membuat Work Permit terhadap seluruh pekerjaan yang beresiko tinggi
    5. Melakukan safety meeting/safety talk sebelum bekerja
    6. Memeriksa berapa berat benda yang akan di angkat untuk menentukan crane mana yang akan digunakan dan melakukan perhitungan yang tepat agar tidak ada kecelakaan atau kesalahan pada saat proses pengangkatan
    7. Menyediakan sarana dan prasarana keselamatan kerja untuk para pekerja
    8. Memberikan hukuman kepada pekerja yang ketahuan melanggar prosedur keselamatan kerja agar pekerja tidak melakukan pelanggaran lagi dan memberikan edukasi kepada karyawan lain agar tidak ada pelanggaran prosedur kerja lagi
    9. Membuat safety sign di area kerja agar semua pekerja mengetahui area-area yang berbahaya yang ada di tempat kerja
    10. Memberikan pengawasan kepada karyawan yang berkerja untuk memastikan seluruh pekerjaan dilakukan sesuai prosedurnya

    C. Rekomendasi Kepada Pekerja di Lapangan :
    1. Mengikuti safety meeting sebelum bekerja
    2. Sebelum melakukan pekerjaan melakukan pengecekan terhadap peralatan atau mesin yang akan digunakan dan mengisi form checklist yang telah dibuat
    3. Memastikan berapa berat benda yang akan di angkat menggunakan crane untuk mengetahui apakah crane yang digunakan mampunatau tidak untuk mengangkat benda tersebut
    4. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan SOP yang telah dibuat dan mengikuti seluruh instruksi kerja yang telah diberikan
    5. Memeriksa JSA sebelum bekerja untuk mengetahui bahaya apa saja yang ada pada pekerjaan yang akan dikerjakan
    6. Memiliki kesadaran terhadap keselamatan kerja dan tidak melanggar prosedur yang ada
    7. Menjalin komunikasi yang baik antara sesame pekerja agar tidak terjadi kejadian serupa dan bisa saling mengingatkan apabila ada bahaya dan bisa saling mengingatkan apabila ada pelanggaran prosedur kerja yang terjadi

    D. Rekomendasi Kepada Perusahaan :
    1. Menyediakan peralatan kerja yang baik dan memastikan adanya maintenance untuk memastikan peralatan atau mesin yang digunakan dalam keadaan baik
    2. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung keselamatan kerja untuk seluruh karyawan yang bekerja dilapangan
    3. Mengevaluasi bahaya dan control bahaya yang sudah ada
    4. Memberikan training kepada seluruh karyawan sesuai dengan pekerjaanya dan juga memberikan training yang menyangkut tentang keselamatan kerja di tempat kerja
    5. Memperbaiki system jam kerja karyawan agar tidak ada pekerja yang mengalami kelelahan pada saat bekerja
    6. Memberikan pengawasan terhadap seluruh pekerjaan yang dilakukan pekerja untuk memastikan tidak ada pelanggaran prosedur kerja
    7. Melakukan perekrutan karyawan-karyawan yang kompeten dibidangnya dan melakukan seleksi yang ketat sebelum merekrut karyawan

    Sumber Pustaka:
    Pro Kaltim, edisi Sabtu 4 Juli 2015 09:36 WITA
    http://kaltim.prokal.co/read/news/236544-operator-tewas-tertimpa-crane
     


    Nama: Wira Herlambang
    NIM: 14.11 106.701501.1325
    Semester: IV
    Kelas: B2

  7. Kejatuhan Crane Pupuk, Buruh TKBM Tewas

    BONTANG – Seorang buruh Koperasi Karyawan Tenaga Kerja Bongkar Muat (Kopkar TKBM), Hasbi Syahputra (26) tewas ketika menyusun urea bag di Pelabuhan Khusus (Pelsus) PKT di Kelurahan Lhoktuan, Bontang Utara. Herman tewas tertimpa besi baja crane pengangkut pupuk milik PKT.
    Kronologi kejadian yang didapatkan Koran Kaltim menyebutkan, crane jatuh setelah selang konektor hydrolic lepas. Crane pengangkut pupuk jatuh beserta muatan berupa urea bag seberat 2 ton dan menimpa palka kapal. Hasbi yang berada di dalam palka kapal tewas tertimpa benda berton-ton.
    Saksi di tempat kejadian, Herman Saleh menuturkan, peristiwa tragis itu terjadi Jumat (9/10) sekira pukul 03.00 dini hari. Saat itu, ada kegiatan bongkar muat di area Dermaga I Pelsus PKT Bontang. Dia dan lima rekannya yang lain, termasuk Hasbi, sedang berada di dalam palka (ruang muat kapal), KM Kebun Karet.
    Kejadiannya begitu cepat. Herman tak melihat langsung bagaimana selang hydrolic lepas dan menjatuhkan bag urea berisi pupuk seberat dua ton. Dia hanya mendengar suara benda berderak, kemudian disusul suara benda jatuh ke lantai disertai bunyi keras.
    Jenazah Hasbi sendiri langsung dibawa ke kampung halamannya di Kecamatan Bone-bone, Kabupaten Luwu Utara. Pagi sekitar pukul 09.00 Wita, keluarga mengantar jenazahnya ke Balikpapan untuk diberangkatkan.
    Dikonfirmasi terpisah, Manajer Humas PT Pupuk Kaltim Wahyudi mengatakan, saat ini pihaknya sedang melakukan investigasi. Perusahaan ingin mengetahui penyebab kejadian yang menyebabkan hilangnya nyawa Hasbi Syahputra.
    “Benar ada kecelakaan kerja. Tapi bukan karyawan PKT (korbannya). Tetapi, karena aktifitas perusahaan berada di lingkungan PKT, kami akan menginvestigasi hal ini. Apa penyebab pasti kecelakaan tersebut,” katanya.
    Wahyudi melanjutkan, pihaknya pasti akan memberikan sanksi kontraktor yang terlibat dalam insiden tersebut. Apalagi bila hasil investigasi menyebutkan ada kelalaian dalam insiden tersebut. “Jika terbukti ada kelalaian akan diberikan sanksi,” katanya, tegas.
    Sementara, Kapolres AKBP Hendra Kurniawan melalui Kabag Humas Iptu Kalvin mengatakan hingga saat ini Polres belum mendapatkan informasi mengenai kejadian tersebut. Polisi juga belum mendapatkan laporan dari perusahaan maupun dari keluarga korban terkait kejadian itu.
    “Belum ada laporan dari perusahaan atau keluarga korban. Belum bisa kami tindaklanjuti,” ungkapnya.


    ANALISIS KECELAKAAN KERJA :
    • Seorang pekerja meninggal setelah tertimpa urea bag seberat 2 ton, kejadian terjadi ketika selang konektor hydraulic yang terdapat pada crane terlepas sehingga menjatuhkan urea bag seberat 2 ton tersebut.
    FAKTOR PENYEBAB LANGSUNG:
    • Selang konektor hydraulic pada crane terlepas karena tidak kuat menahan beban
    • Tidak adanya tali pengikat tambahan yang dapat menahan urea bag tersebut
    • Pekerja tidak melakukan pengecekan pada peralatan crane sebelum melakukan pekerjaan
    • Para pekerja tidak berkompeten atau tidak memiliki keterampilan
    • Crane sudah tidak layak digunakan
    • Tidak ada pemeliharaan terhadap crane
    • Pekerja kurang fokus atau kelelahan
    • Bekerja tidak sesuai SOP
    FAKTOR PENYEBAB TIDAK LANGSUNG :
    • Kurangnya pengawasan pada saat melakukan pekerjaan
    • Perencanaan kerja yang tidak memadai
    • Tidak adanya pengontrolan terlebih dahulu saat melakukan pengangkatan
    • Kurangnya perhatian pada situasi kerja tersebut sehingga ada pekerja yang berada pada wilayah rawan kecelakaan
    • Kurangnya komunikasi antar pekerja
    REKOMENDASI AGAR KECELAKAAN TIDAK TERULANG :
    • Memberikan safety berupa tali atau sling pengaman tambahan sehingga saat selang terlepas masih ada pengaman yang menahan beban
    • Menerapkan SOP dengan baik dan melakukan pengecekan terhadap peralatan sebelum melakukan pekerjaan
    • Memastikan para pekerja yang terlibat memiliki keterampilan di bidang tersebut dan memiliki SIO yang sesuai dengan kriteria pekerjaannya
    • Tidak menggunakan crane yang sudah tidak layak pakai
    • Menunjuk seorang supervisor untuk melakukan pengawasan¸ pengontrolan, dan pengarahan terhadap pekerjaan tersebut
    • Mensterilisasi wilayah kerja pada saat melakukan proses pengangkatan sehingga tidak ada pekerja yang berada dibawah beban yang diangkat pada saat bekerja sehingga kejadia tidak terulang kembali
    • Memberikan waktu istirahat yang cukup kepada pekerja


    A. CORRECTIVE ACTION :
    1. Mensterilisasi atau mengosongkan area pengangkatan saat beban mulai diangkat
    2. Memasang tali sling cadangan untuk mengikat beban
    3. Melakukan penggantian spare part yang sudah tidak layak digunakan
    4. Memastikan operator berkompeten serta memiliki sertifikat dan SIO yang sesuai dengan pekerjaan
    5. Fokus dalam melakukan pekerjaan dan tidak bercanda agar terhindar dari bahaya yang dapat terjadi
    • Komunikasikan keadaan sekitar kepada pekerja lain

    B. PREVENTIVE ACTION :
    1. Melakukan check list terhadap peralatan crane yang digunakan
    2. Mengisi log book dari crane agar dapat mengetahui aktivitas dari crane
    3. Mengisi form pre start check sebelum crane dioperasikan
    4. Memberikan sosialisasi kepada pekerja tentang bahaya yang terdapat pada lingkungan kerja tersebut
    5. Memeriksa kembali ikatan pada beban sebelum beban diangkat
    6. Memastikan tali sling yang terpasang tidak dalam keadaan longgar
    7. Memastikan tidak ada pekerja yang berada di daerah sekitar swing crane termasuk dibawah beban yang diangkat
    8. Memberikan pembekalan berupa training dan sosialisasi kepada pekerja yang terlibat agar pekerja mengetahui bahaya apa saja yang ada pada proses pekerjaan tersebut
    9. Menugaskan 1 orang yang memiliki berpengalaman dibidang tersebut selama minimal 5 tahun sebagai pengawas lapangan
    10. Memberikan sanksi kepada pekerja yang tidak bekerja sesuai dengan peraturan
    11. Menghimbau para pekerja untuk saling peduli dan mengingatkan agar para pekerja terhindar dari kelalaian saat bekerja

    C. REKOMENDASI UNTUK PEKERJA LAPANGAN :
    1. Melakukan pengecekan terhadap peralatan yang akan digunakan
    2. Mengikuti SOP yang ada sesuai pekerjaan masing masing
    3. Memiliki sertifikat yang sesuai dengan pekerjaan
    4. Memperhatikan kondisi lingkungan kerja sebelum mengoperasikan crane
    5. Mampu berkomunikasi dengan baik dengan para pekerja lain untuk membentuk kerja sama antar pekerja dan pekerja dapat terhindar dari bahaya
    6. Berada pada jarak yang aman pada saat beban mulai diangkat agar pekerja dapat terhindar dari bahaya
    7. Tetap fokus dalam bekerja dan tidak bercanda karena proses pekerjaannya termasuk pekerjaan dengan resiko yang tinggi

    D. REKOMENDASI UNTUK MANAJERIAL :
    1. Memastikan K3 berjalan dengan baik dalam setiap proses pekerjaan
    2. Memastikan pekerja yang terlibat adalah pekerja yang berkompeten di bidangnya
    3. Menunjuk 1 orang yang memiliki pengalaman bekerja dibidang tersebut minimal 5 tahun sebagai pengawas di lapangan atau supervisor
    4. Melakukan penggantian peralatan atau suku cadang crane yang sudah tidak layak pakai
    5. Mengatur jadwal istirahat maupun shift kerja agar seluruh pekerja tetap fit dalam menyelesaikan pekerjaannya

    Sumber Pustaka : korankaltim.com edisi 9 Oktober 2015
    http://www.korankaltim.com/kejatuhan-crane-pupuk-buruh-tkbm-tewas/


    Nama : Andriawan Evendy
    NIM : 14.11.106.701501.1274
    Semester : VI
    Kelas : B2

  8. PONTIANAK – Dua pekerja bangunan tertimpa crane yang jatuh saat mengerjakan proyek pembangunan Rumah Sakit Universitas Tanjungpura (Untan), Kamis (8/10/2015).

    Kedua korban yakni Abdurrahman Rois (operator) dan Sucipto (pengawas) mengalami luka di bagian kaki dan dagu. Keduanya pun langsung dilarikan ke instalansi gawat darurat (IGD) rumah sakit Untan untuk mendapatkan perawatan.
    Dari pantauan lapangan, crane tumbang dan menghantam bangunan lantai tiga. Pada bagian crane tampak patah. Sementara anggota polisi yang datang ke tempat kejadian mengamankan satu baut rane yang patah.
    Untuk mengantisipasi terulangnya kejadian serupa, polisi yang ada di lokasi kejadian langsung memasang police line.
    Polisi menyatakan pekerjaan baru dapat dilanjutkan, ketika semua proses penyelidikan penyebab kecelakaan kerja tersebut terungkap.
    Kapolsek Pontianak Selatan, AKP Kartyana mengatakan terkait insiden tersebut, telah dilakukan pemeriksaan dan meminta keterangan dari sejumlah saksi.
    Dimana, berdasarkan keterangan yang disampaikan ketua pengawas pekerja, Aguswanto, crane jatuh akibat salah satu baut tengah lepas sehingga menyebabkan crane tumbang.
    Kartyana menjelaskan dalam kejadian tersebut, crane tumbang menghantam rangka bangunan dan menyebabkan rangka bangunan roboh. “Korban di antaranya operator crane dan pengawas besi lapangan,” katanya.
    Kapolsek menuturkan, kedua korban langsung dilarikan ke rumah sakit Untan untuk mendapatkan perawatan.
    “Untuk mengetahui penyebab kecelakaan tersebut, tentu akan dilakukan penyelidikan. Apakah murni ini kecalakaan atau terjadi karena ada kelalaian manusia,” terangnya.
    Sementara saat dikonfirmasi, tidak ada satupun dari pihak pekerja maupun pelaksana proyek yang mau memberikan keterangan terkait insiden tersebut.


    1. Analisis kecelakaan
    – Seorang operator yg bernama bapak Abdurrahman Rois hendak melanjutkan pekerjaan yg menggunakan crane
    – Crane tumbang dan menghantam bangunan lantai 3
    – Dua pekerja bangunan tertimpa crane yang jatuh yaitu Abdurrahman Rois (operator) dan Sucipto (pengawas)
    – Abdurrahman Rois (operator) dan Sucipto (pengawas) mengalami luka di bagian kaki dan dagu. Keduanya pun langsung dilarikan ke instalansi gawat darurat (IGD) rumah sakit Untan untuk mendapatkan perawatan.
    2. faktor penyebab langsung dan tidak langsung :
    a. Penyebab langsung
    – Baut tengah crane terlepas akibat aus
    – Crane tidak diinpeksi terlebih dahulu sebelum digunakan
    – Operator bekerja tidak sesuai dengan SOP
    – Pekerja tidak segera memberitahu bahwa baut pada crane sudah mengalami kelonggaran atau aus.
    b. Penyebab tidak langsung
    – Operator kurang berkonsentrasi saat mengoperasikan crane
    – Pengawas kurang teliti saat crane akan dioperasikan
    – Operator mengantuk karena baru saja selesai jam istirahat
    – Kurangnya kesadaran pekerja tentang aspek keselamatan dan kesehatan kerja
    – Lupa memberi tanda bahwa crane tidak bisa digunakan untuk sementara waktu.
    3. Rekomendasi
    – Menanamkan kesadaran diri terhadap pentingnya K3 bagi setiap karyawan
    – Memberi penyuluhan terhadap para karyawan agar lebih berhati-hati dan waspada akan segala bahaya yang akan timbul ditempat kerja
    – Melakukan inspeksi sebelum crane digunakan
    – Segera mengganti alat atau peralatan yg terindikasi mengalami kerusakan
    – Memastikan crane layak dan aman digunakan
    – Komunikasi antar pekerja harus selalu terjaga dengan baik agar saling memperhatikan satu sama lain sehingga mampu meminimalisir peluang kecelakaan terjadi
    – Memberi tanda bahwa crane tidak bisa digunakan terlebih dahulu karena dalam penggantian atau pemasangan alat


    A. Corrective Action
    1. Segera mengganti baut yg sudah mengalami kerusakan agar proyek dapat berjalan
    2. Segera melapor dan memasang sign bahwa crane tidak dapat digunakan untuk sementara waktu
    3. Memastikan kondisi operator fit sebelum melakukan pekerjaan
    4. Segera memperbaiki alat yg rusak sebelum crane digunakan
    5. Pengawas harus memastikan bahwa crane benar-benar bisa digunakan secara aman
    6. Supervisor dan Pengawas melakukan observasi terlebih dahulu sebelum pekerjaan akan dilakukn

    B. Preventive Action
    1. Menunjuk PIC check list crane
    2. Melakukan tool box meeting sebelum memulai pekerjaan
    3. Memberikan training behavior base safety kepada pekerja
    4. Melakukan inspeksi crane secara rutin
    5. Memastikan struktur tanah aman saat proses pekerjaan menggunakan crane
    6. Membuat spanduk dan memajang disekitar area pekerjaan akan pentingnya keselamatan dan kesehatan saat bekerja
    7. Pekerja diharapkan lebih sigap menanggapi alat atau peralatan yg terindikasi mengalami kerusakan
    8. Melakukan MCU sebelum mempekerjakan karyawan
    9. Melakukan 2 kali check list peralatan sebelum dipastikan bahwa crane aman digunakan
    10. Pemeliharaan dan perawatan alat dan peralatan secara rutin atau secara berkala

    C. Rekomendasi pada jenjang pekerja lapangan
    1. Komunikasi antar pekerja harus selalu terjaga dengan baik agar saling memperhatikan satu sama lain sehingga mampu meminimalisir peluang kecelakaan terjadi
    2. Menanamkan kesadaran diri terhadap pentingnya K3 bagi setiap karyawan
    3. Rutin mengikuti toolbox meeting
    4. Menerapkan dan mematuhi SOP yg berlaku
    5. Operator melakukan pengecekan terebih dahulu seblum menggunakan crane yg akan dioperasikannya
    6. Mengikuti training sesuai dengan pekerjaan yg akan dilakukan
    7. Rutin mengikuti safety talk atau safety moment

    D. Rekomendasi pada jenjang manajerial (perusahaan)
    1. Memberikan training behavior base safety kepada pekerja
    2. Membuat SOP disetiap proses pekerjaan
    3. Membuat JSA disetiap proses pekerjaan
    4. Rutin melakuan toolbox meeting serta membuat bukti bahwa toolbox meeting dilakukan dengan baik
    5. Melakukan MCU sebelum mempekerjakan karyawan
    6. Memastikan bahwa struktur tanah aman saat proses pekerjaan menggunakan crane
    7. Memberikan fasilitas yg aman dan nyamn untuk pekerja
    8. Memberi penyuluhan terhadap para karyawan agar lebih berhati-hati dan waspada akan segala bahaya yang akan timbul ditempat kerja
    9. Memberikan sanksi kepada pekerja bila terbukti melakukan kesalahan
    10. Melakukan evaluasi
    11. Membua jadwal safety talk atau safety moment

    Sumber Pustaka: Sindonews.com, edisi Kamis 8 Oktober 2015 13:51 WIB
    https://daerah.sindonews.com/read/1051395/174/crane-jatuh-di-proyek-dua-pekerja-jadi-korban-1444287081


    Nama: Reni Anggreini
    NIM: 14.11.106.701501.1307
    Semester: VI
    Kelas: B2

  9. Crane Proyek Pembangunan Icon Mall dan Hotel Gresik Putus

    TRIBUNNEWS.COM, GRESIK- Sebuah alat pengangkat bahan bangunanan di proyek (crane) terlihat menggantung di sela-sela bangunan proyek Icon Mall dan Hotel Gresik di Jalan Wahidin Sudiro Husodo Gresik, Kamis (23/2/2017).
    Pantauan di lapangan tampak bagian batangan besi crane terputus dari tiang penyangga.
    Batang besi itu teriikat tali besi yang berfungsi sebagai penahan agar tidak terjatuh.
    Belum diketahui apa penyebab crane itu bisa terputus.
    Crane itu terputus dari badan penyangga dan tertahan oleh tali seling baja yang ada di crane tersebut.
    Diketahui, posisi crane hanya berjarak beberapa meter dari jalan Raya Wahidin Sudiro Husodo.
    Hingga berita ini diunggah pihak manajemen Icon Mall belum berhasil dikonfirmasi terkait kejadian tersebut.


    1. Analisis kecelakaan:
    – Alat pengangkat bahan bangunan terlihat menggantung di sela-sela bangunan proyek.
    – Bagian batangan besi crane terputus dari tiang penyangga.
    – Posisi crane hanya berjarak beberapa meter dari jalan raya.

    a) Faktor penyebab langsung:
    – Operator lalai mengoperasikan crane.
    – Mengangkat beban/material yang lebih dari kapasitas crane.
    – Sebelum melakukan pekerjaan, tidak dilakukan inspeksi pada crane.
    – Kemungkinan operator tidak mengikuti SOP Pengoperasian crane yang berlaku.
    – Kurangnya pengamanan pada crane yang digunakan.

    b) Faktor penyebab tidak langsung:
    – Tidak diterapkannya standar kerja K3 mengenai pengoperasian crane.
    – Kemungkinan standar perawatan crane yang kurang tepat.
    – Kurangnya pengawasan pada aktivitas pengoperasian crane.

    2. Rekomendasi :
    – Menerapkan budaya K3 ditempat kerja dari level Top Management sampai level yang paling bawah.
    – Melakukan identifikasi bahaya dan penilaian risiko pada saat sebelum, sedang (saat), dan sesudah melaksanakan pekerjaan yang
    tingkat resikonya tinggi.
    – Sebelum memulai pekerjaan, lakukan inspeksi pada alat/crane dan operator yang akan mengoperasikan crane.
    – Mengkaji standar perawatan crane yang tepat.
    – Lakukan investigasi insiden maupun investigasi near miss, untuk mencari akar permasalahan agar kejadian tersebut tidak
    terulang kembali di masa depan.


    A. Tindakan perbaikan
    1. Menyelidiki insiden yang terjadi pada saat pengoperasian crane dan selidiki juga bila terjadi near miss agar kejadian tersebut tidak terulang kembali dimasa mendatang.
    2. Meninjau kegagalan yang terjadi pada saat pengangkatan beban dan pengoperasian crane.
    3. Mengkarantina area/lokasi terjadinya insiden untuk dilakukan investigasi.
    4. Meninjau persyaratan dan peraturan undang-undang terkait keselamatan pengoperasian crane.
    5. Memeriksa komponen/peralatan crane yang mengalami kerusakan untuk mengetahui penyebab kerusakan komponen/peralatan tersebut.

    B. Tindakan pencegahan
    1. Melaksanakan safety briefing/safety talk yang membahas tentang potensi-potensi bahaya pengoperasian crane.
    2. Melakukan pengawasan pada proses pengoperasian crane.
    3. Melakukan perawatan dan membuat prosedur perawatan crane yang tepat dan sesuai dengan standar yang berlaku.
    4. Membuat/memasang tanda bahaya disekitar area pengoperasian crane.
    5. Pemantauan peraturan perundang-undangan K3 mengenai pengoperasian crane, beserta follow up nya.
    6. Melakukan desain ulang pada saat pengoperasian crane, supaya posisi crane tidak berdekatan dengan jalan raya.
    7. Memasang pagar pengaman disekitar lokasi bahaya/area proyek.
    8. Melakukan penilaian resiko pada pengoperasian crane , untuk meminimalisir resiko yang ada.
    9. Mengganti peralatan/komponen crane yang kondisinya tidak aman.
    10. Melakukan isolasi sumber bahaya pada aktivitas pengoperasian crane.
    11. Menggunakan APD yang standar pada saat bekerja.

    C. Rekomendasi untuk pekerja lapangan/operator
    1. Memahami dan mematuhi aturan keselamatan yang dibuat perusahaan.
    2. Melakukan analisa proses pengangkatan beban yang tidak melebihi kapasitas crane yang digunakan.
    3. Jangan memulai pekerjaan bila menemukan ketidaksesuaian pada crane yang akan digunakan, laporkan kepada petugas K3 untuk ditindaklanjuti.
    4. Mengetahui potensi bahaya dalam pengoperasian crane serta mengetahui pengendaliannya ataupun meminta bantuan petugas K3 untuk menganalisis bersama terkait potensi bahaya dalam pengoperasian crane.
    5. Hindari pengunaan alkohol dan obat-obatan terlarang sebelum ataupun saat mengoperasikan crane.

    D. Rekomendasi untuk manajerial
    1. Membuat jadwal pelatihan K3 terkait pengoperasian crane, guna menambah keterampilan operator dalam mengoperasikan crane.
    2. Melakukan sosialisasi SOP tentang pengoperasian crane kepada operator/pekerja secara intens.
    3. Pihak manajemen lebih mempertegas peraturan yang dibuat terkait pengoperasian crane, sehingga proses pengoperasian crane dapat berjalan aman dan selamat.
    4. Pihak manajemen melakukan pengkajian mendalam terkait standar perawatan dan penggunaan crane yang tepat.
    5. Membuat program pemantauan dan pemeriksaan kesehatan terhadap operator yang akan bekerja.

    Sumber Pustaka: Tribunnews.com, edisi Kamis 23 Februari 2017 19:04 WIB.
    http://www.tribunnews.com/regional/2017/02/23/crane-proyek-pembangunan-icon-mall-dan-hotel-gresik-putus


    Nama: Marianus Mario Medan
    NIM: 14.11.106.701501.1490
    Semester: VI
    Kelas: B2

  10. Crane Roboh Jadi Penyebab Tewasnya Tiga Pekerja asal Surabaya

    Malang – Crane atau gondola diduga kuat menjadi biang jatuhnya ketiga pekerja saat memperbaiki lampu di supermarket Jalan KH. Agus Salim, Kota Malang, Selasa (5/1/2016).
    Siang itu, Suprajitno (65), warga Jalan Bratang Wetan 1-C/10 RT 02/RW 08 Kelurahan Ngagelrejo, Kecamatan Wonokromo, Abin (57) warga Jalan Pandegiling No 177 RT 02/RW 03 Kecamatan Tegalsari dan Andreas Yudiono (59), warga kawasan Kedungsroko, Kelurahan Pacar, Kecamatan Tambaksari, menggunakan crane sebagai alat bantu memperbaiki lampu supermarket di ketinggian sekitar 25 meter.
    Ketiganya merupakan pekerja dari PT Inspirasi Bangun Mandiri beralamatkan di Jalan Siwalankerto No 25, Kota Surabaya. Awal mulanya, kondisi crane masih bisa dimanfaatkan sebagai alat bantu memperbaiki lampu. Kurang dari satu jam, mendadak crane menggelantung di atas ketinggian 25 meter tersebut roboh dan menjatuhkan ketiga pekerja naas tersebut.
    “Bisa dikatakan crane roboh, bukan jatuh. Karena kawat sling dalam kondisi normal alias tidak putus,” ujar Kapolres Malang Kota AKBP Singgamata kepada wartawan, Rabu (6/1/2016).
    Saat ini Tim Puslabfor Polda Jatim tengah menggelar olah tempat kejadian perkara. Tim terdiri dari empat personel terlihat sibuk meneliti rangkaian gondola yang membawa jatuh ketiga pekerja dari ketinggian sekitar 25 meter.
    Bangkai gondola masih berserakan di lokasi kejadian, garis polisi juga tetap memagari TKP persis berada di halaman depan Pasaraya Mitra tersebut.
    “Tim Labfor masih bekerja, ini penting untuk mengungkap penyebab kejadian,” kata Singgamata.
    Polisi sendiri terus bergerak untuk membuka tabir penyebab kecelakaan kerja menyebabkan tewasnya ketiga pekerja. Sudah delapan saksi dimintai keterangan, bersamaan dengan penyelidikan dari Tim Labfor.
    “Saksi delapan, mereka dari saksi kejadian, pemilik gedung, manajemen perusahaan tempat ketiga korban bekerja. Serta para pekerja lain,” ungkap Singgamata.
    Tiga pekerja tewas jatuh dari atap sebuah supermarket di Jalan KH Agus Salim, Kota Malang, Selasa (5/1/2015). Berikut identitas yang ditemukan petugas saat olah TKP.
    Satu dari ketiga korban tewas diketahui bernama Suprajitno (65), warga Jalan Bratang Wetan 1-C/10 RT 02/RW 08 Kelurahan Ngagelrejo, Kecamatan Wonokromo, Abin (57) warga Jalan Pandegiling No 177 RT 02/RW 03 Kecamatan Tegalsari dan Andreas Yudiono (59), warga Kedungsroko, Kelurahan Pacar, Kecamatan Tambaksari.


    Analisa kecelakaan kerja :
    • 3 pekerja tewas jatuh dari atap sebuah supermarket akibat crane yang roboh dari ketinggian 25 meter

    1. Faktor penyebab langsung
    • Para pekerja tidak berkompeten
    • Para pekerja tidak menggunakan APD
    • Tidak mengikuti peraturan yng telah di tetapkan
    • Tidak mengurus izin kerja berbahaya sebelum memulai pekerjaan denagan resiko bahaya
    Tinggi

    2. Faktor penyebab tidak langsung
    • Kurangnya pengawasan dari atasan PT Inspirasi Bangun Mandiri
    • Tidak ada pengecekan sebelum melakukan pengangkatan
    • Tempat kerja yang kurang memadai

    3. Rekomendasi agar kecelakaan tidak terulang lagi
    • Memberikan training kepada para pekerja
    • Selalu mengecek crane sebelum menggunakan dan sesudah menggunakan
    • Pekerja harus mengetahui bahaya yang ada di lingkungan kerja
    • Harus ada pengawasan dari supervisor
    • Harus memperbaiki prosedur dan kebijakan standar pengangkutan dalam menggunakan crane


    A. Tindakan Perbaikin (Corrective Action)
    1. Menginspeksi tempat kerja
    2. Pengujian dan memeriksa peralatan sebelum digunakan
    3. Meninjau kegagalan sistem
    4. Meningkatkan pengawasan terhadap pekerja
    5. Memastikan area sekitar bebas dari orang yang tidak berkepentingan

    B. Tindakan Pencegahan (Preventive Action)
    1. Memberikan Traning dan pentinganya informasi tentang K3 dalam bekerja
    2. Memastikan pekerja memiliki work permit
    3. Membuat jadwal dan prosedur pemeliharan alat angkut
    4. Operator wajib mempunyai buku manual peralatan (equipment)
    5. Memastikan operator memiliki sertifikat kompetensi SIO atau SIMPER
    6. Adanya safetytalk/ briefing sebelum memulai pekerjaan
    7. Memastiskan semua pekerja dapat mengerti instruksi yang telah diberikan
    8. Menempatkan pekerja pada tempat kerja sesuai bidang keahlianya
    9. Memastikan SOP berjalan dengan baik
    10. Memastikan crane telah tersertifikasi

    C. Rekomendasi pada pekerja lapangan
    1. Setiap pekerja memiliki kesadaran terhadap keselamatan kerja dengan tidak melanggar SOP
    2. Menjalin komunikasi sesama pekerja agar tidak ada nya kesalahan/ kecelakaan terulang kembali
    3. Operator memiliki SIO (Surat Izin Operasional) sesuai kelas nya dan memiliki SIMPER (Surat Ijin Mengoperasikan Alat Pekerjaan)
    4. Meningkatkan kewaspadaan dalam melakukan pekerjaan agar tidak terjadi kecelakaan kerja
    5. Melakukan safety briefing sebelum bekerja
    6. Membuat cheklist alat angkut sebelum digunakan

    D. Rekomendasi pada manajerial (perusahaan)
    1. Membuat tim P2K3
    2. Membentuk tim P3K
    3. Membuat Kebijakan K3
    4. Menyediakan sarana dan prasarana ditempat kerja
    5. Pengawasan dilakukan oleh pihak mangement selama proses pekerjaan berlangsung

    Sumber : Sumber pustaka: DetikNews.com, edisi Rabu 6 Januari 2016 11:42 WIB
    https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-3111815/crane-roboh-jadi-penyebab-tewasnya-tiga-pekerja-asal-surabaya


    Nama : Alfian Aly Taufan
    NIM : 14.11.106.701501.1300
    Semester : VI
    Kelas : B2

  11. Angkat Kontainer Dari Kapal Lintas Bahari, Crane Ambruk, Pekerja Terjepit

    KARIMUN (BeritaTrans.com) – Kecelakaan kerja terjadi di pelabuhan bongkar muat Taman Bunga, Karimun. Suryadi, seorang operator crane di pelabuhan tersebut menjadi korban saat mengoperasikan alat pengangkat barang itu. Dari informasi yang dihimpun, peristiwa naas tersebut terjadi ketika Suryadi sedang bekerja mengangkat kontener dari Kapal KM Lintas Bahari ke pelabuhan. Namun tiba-tiba crane beserta muatannya terjatuh ke arah pelabuhan, Rabu (16/11) sore.
    “Crane tumbang dan jatuh ke kiri. Korban terjepit di dalam ruang operator,” kata seorang saksi mata, Johari seperti dikutip tribunnews. Melihat kejadian itu, pekerja pelabuhan bersama warga sekitar berusaha mengevakuasi Suryadi.
    Proses evakuasi cukup lama, membutuhkan waktu hingga satu jam. Hal itu karena warga hanya menggunakan besi dan balok seadanya. Setelah berhasil dikeluarkan, Suryadi mengalami luka yang cukup parah. Pria ini langsung dilarikan ke RSUD Muhammad Sani Tanjungbalai Karimun untuk mendapatkan pertolongan. Perwakilan manajemen KM Lintas Bahari, Zai Zulfikar mengatakan, pihak perusahaan akan mencari tahu penyebab crane itu tiba-tiba tumbang.Ia menyebutkan, jika karat di crane tidak terlihat karena baru dicat. “Kita akan cek dan akan cari penyebab peristiwa ini,” kata pria yang juga anggota DPRD Kabupaten Karimun itu. Zai Zulfikar juga mengatakan bahwa perusahaan akan bertanggung jawab dan menanggung biaya perawatan korban hingga sembuh.
    “Segala biaya perawatan tentu kita tanggung sampai sembuh. Itu kan tanggung jawab kita,” ujarnya. (lia).


    1. Kecelakaan crane tersebut terjadi karena ada beberapa faktor yaitu
    – operator crane kurang terlatih dalam pengoperasian crane
    – jadwal inspeksi crane yang kurang terjadwal sehingga ada bagian crane yang sudah karatan

    a. faktor penyebab langsung :
    – alat kerja/crane yang sudah kurang layak pakai, hal ini bisa dilihat bahwa ada karat pada crane.
    – kesalahan operator crane dalam menentukan sudut kemiringan crane dan batas dalam pengangkatan beban.
    – Tidak ada pengawasan yang dilakukan oleh pengawas proyek saat melakukan kegiatan mengangkat kontener dari Kapal KM Lintas Bahari ke pelabuhan.

    b. faktor penyebab tidak langsung :
    – operator crane fatigue karena kejadian terjadi pada sore hari.
    – pekerjaan beresiko tinggi tapi masih kurang upaya pengendaliannya, hal ini bisa dilihat pada proses evakuasi masih menggunakan peralatan seadanya.
    – kurangnya kesadaran karyawan proyek terhadap aspek keselamatan kerja

    2. Rekomendasi yang diberikan :
    – menggunakan crane yang layak pakai
    – memberikan training kepada operator
    – memberikan sosialisasi kepada seluruh karyawan
    – membentuk tim pengawas beserta tupoksinya
    – membentuk tim tanggap darurat
    – mengatur shift kerja karyawan
    – pemberian APD yang sesuai pekerjaan


    A. Tindakan perbaikan (corrective action)
    1. Melakukan pengujian, pemeriksaan, dan pemantauan terhadap crane.
    2. Memberikan pengawasan sesuai standard terhadap kegiatan alat angkat
    3. Melakukan inspeksi tempat kerja
    4. Melakukan audit internal atau eksternal
    5. Mengkaji ulang SOP yang berlaku
    6. Melakukan konsultasi dengan pihak terkait
    7. Mengkaji ulang perizinan baik dari operator maupun kegiatan alat angkat

    B. Tindakan pencegahan (preventive action)
    1. Membuat HIRA (hazard identification and risk assessment)
    2. Membuat shift kerja karyawan
    3. Membuat jadwal training kepada karyawan
    4. Melakukan safety induction, safety talk, safety meeting sebelum memulai pekerjaan
    5. Memberikan sosialisasi kepada karyawan terhadap aspek keselamatan kerja
    6. Pembuatan rambu-rambu/sign di tempat kerja
    7. Pembuatan jadwal inspeksi dan observasi alat angkat
    8. Pembuatan instruksi kerja pada kegiatan alat angkat
    9. Membuat sistem reward dan punishment kepada karyawan
    10. Penempatan posisi karyawan yang tepat sesuai dengan keahliannya
    11. Pembuatan work permit
    12. Melakukan log book dan pre start check dengan benar

    C. Rekomendasi Anda pada jenjang pekerja lapangan.
    1. Memperhitungkan beban yang akan diangkat dengan crane yang disesuaikan dengan SWL (safe working load)
    2. Mengisi log book dan melakukan pre start check sebelum memulai pekerjaan
    3. Melakukan sosialisasi kepada karyawan terhadap aspek keselamatan kerja
    4. crane sudah harus di inspeksi sebelum digunakan
    5. Harus ada pengawas lapangan di tempat kerja pada saat proses pengerjaan
    6. Melakukan pemantauan dan pengendalian terhadap tindakan tidak aman maupun kondisi tidak aman

    D. Rekomendasi Anda pada jenjang manajerial (perusahaan).
    1. Membentuk dan menjalankan SMK3
    2. Membuat peraturan tentang crane yang sesuai dengan standard nasional maupun internasional
    3. Melakukan perekrutan karyawan yang tepat sesuai dengan keahliannya
    4. Melakukan audit internal atau eksternal sebagai bahan evaluasi
    5. Membuat jadwal training kepada karyawan
    6. Menyediakan fasilitas K3 di tempat kerja

    Sumber Pustaka : BeritaTrans.com, edisi Kamis 17 November 2016
    http://beritatrans.com/2016/11/17/angkat-kontainer-dari-kapal-lintas-bahari-crane-ambruk-pekerja-terjepit/


    Nama : Indra Ihram Wahyudi
    NIM : 14.11.106.701501.1266
    Semester : VI
    Kelas : B2

  12. Crane Ikut Terjungkit Saat Mau Evakuasi Truk Kontainer

    BANJARMASINPOST.CO.ID, MARTAPURA – Masalah satu belum selesai, ternyata satu masalah lagi bertambah. Mobil crane yang sebelumnya didatangkan untuk meevakuasi truk kontainer yang terjungkit, kini malah mengalami ambles pada penopang penyangganya.
    Akibatnya, evakuasi tronton atau truk kontainer itu pun sementara tertunda. Truk kontainer yang sebelum hendak digeser menggunakan mobil crane tersebut, sekarang malah menggantung lantaran mobil crane tidak bisa dipaksakan mengangkat beban.
    “Sementara ya enggak bisa dulu mas, soalnya aspal jalan yang tadinya menjadi penopang mobil crane malah ambles karena tidak mampu menahan beban,” kata salah seorang Polantas Polres Banjar yang saat itu berada mengawasi evakuasi truk kontainer terjungkit tersebut, Sabtu (28/3/2015)


    1. Kecelakaan tersebut terjadi dikarenakan aspal jalan yang menjadi penopang crane tidak mampu menahan beban yang diberikan oleh crane dan aspal jalan tersebut amblas sehingga crane yang tadinya didatangkan untuk meevakuasi truk kontainer malah terjungkit.

    Faktor penyebab langsung dari kejadian ini adalah aspal jalan yang tidak kuat menahan beban crane tersebut.
    Sedangkan faktor penyebab tidak langsungnya sendiri disebabkan oleh berbagai hal, Salah satunya adalah kurangnya perhitungan yang tidak tepat terhadap proses evakuasi tersebut. Ada pula disebabkan oleh kesalahan prosedur pada saat proses evakuasi kontainer yang terjungkit.

    Faktor penyebab tidak langsung lainnya mungkin juga disebabkan oleh :
    – Badan jalan yang usianya sudah terlalu lama sehingga sudah tidak kuat dan rapuh untuk menahan beban crane,
    – Menggunakan jenis crane yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan proses evakuasi
    – Crane tidak diinspeksi terlebih dahulu sebelum melakukan proses evakuasi,
    – Kurangnya/lemahnya skill pada operator crane yang melakukan proses evakuasi,
    – Pengawasan yang tidak benar dari safety officer yang bertugas ( jika ada ), Dan
    – Adanya gangguan dari masyarakat sekitar yang menyaksikan sehingga membuat konsentrasi operator crane menjadi buyar.

    Rekomendasi yang bisa saya berikan terhadap kecelakaan kerja tersebut :
    – Menggunakan jenis crane yang tepat pada proses evakuasi,
    – Memperhatikan kembali median jalan yang di gunakan untuk menopang beban crane,
    – Memperhatikan kembali apakah orang yang ditunjuk sebagai operator crane sudah terlatih dengan baik dan memiliki surat izin operasional yang sesuai dengan crane yang digunakan
    – Melakukan inspeksi terhadap peralatan yang akan digunakan untuk proses evakuasi,
    – Membuat persiapan yang cukup agar proses evakuasi berjalan dengan baik dan benar,
    – Melakukan perhitungan yang matang sebelum melakukan proses evakuasi,
    – Memberikan ruang yang cukup agar operator crane dapat berkonsentrasi penuh pada saat proses evakuasi,
    – Melakukan investigasi insiden kembali agar mengetahui akar masalah sebenarnya dari kejadian tersebut, dan
    – Memberikan pengawasan lebih pada saat proses evakuasi dilakukan.


    A. Tindakan Perbaikan (Corrective Action) Terhadap Studi Kasus
    1. Operator crane harus memiliki Surat Izin Operasi (SIO) yang sesuai dengan crane yang digunakkan
    2. Operator crane harus memiliki skill dibidangnya
    3. Melakukan izin kerja sebelum memulai kegiatan pengangkatan (Work Permit)
    4. Meningkatkan inspeksi berkala pada crane, Agar selalu siap digunakan setiap saat
    5. Meningkatkan pengawasan pada saat proses evakuasi tersebut

    B. Tindakan Pencegahan (Preventive Action) Terhadap Studi Kasus
    1. Melakukan safety meeting sebelum memulai aktivitas kerja
    2. Meningkatkan peranan K3 di tempat kerja
    3. Memberikan instruksi kerja yang baik dan aman
    4. Memberikan pengaman ganda pada alat-alat yang digunakan
    5. Memberikan sanksi tegas kepada karyawan yang melanggar aturan di tempat kerja
    6. Melakukan inspeksi rutin terhadap perlatan kerja yang digunakan, Terutama yang memiliki risiko yang tinggi
    7. Menghentikan aktivitas kerja apabila situasi dilapangan sudah mulai dirasa tidak aman
    8. Membuat izin kerja (Work Permit) apabila pekerjaan tersebut dinilai memiliki nilai risiko yang tinggi
    9. Melakukan safety meeting sebelum memulai aktivitas kerja
    10. Menggunakan logbook untuk setiap pergantian shift

    C. Rekomendasi Pada Jenjang Pekerja Lapangan
    1. Sebaiknya memiliki Surat Izin Operasi (SIO) yang sesuai dengan bidangnya, Agar lebih mumpuni dalam menggunakan alat angkat – angkut (Mempunyai Skill)
    2. Sudah melakukan training terlebih dahulu sebelum mengoperasikan alat angkat – angkut
    3. Petugas lapangan mengenali serta memahami bahaya – bahaya yang ada sebelum melakukan aktivitas kerja
    4. Petugas lapangan harus patuh dalam melakukan Standar Operational Prosedure (SOP)
    5. Operator crane yang bekerja harus memiliki asisten (Helper) pada saat proses bekerja

    D. Rekomendasi Pada Jenjang Perusahaan (Manajerial)
    1. Perusahaan membuat Standar Operational Prosedure (SOP) untuk proses bekerja yang lebih baik
    2. Perusahaan juga membuat Job Safety Analysis (JSA) untuk mengenali serta memahami bahaya yang ada pada alat angkat – angkut
    3. Perusahaan melakukan training terlebih dahulu kepada karyawan, baik itu karyawan baru maupun karyawan yang sudah lama ( Senior)
    4. Perusahaan merekrut orang yang ahli serta berpengalaman di bidangnya (Berkompeten)
    5. Perusahaan menempatkan karyawan sesuai dengan keahliannya (Bidangnya)

    Sumber Pustaka: Banjarmasinpost.co.id, edisi Sabtu 28 Maret 2015 17:42 WITA
    http://banjarmasin.tribunnews.com/2015/03/28/crane-ikut-terjungkit-saat-mau-evakuasi-truk-kontainer


    Nama : Muhammad Adnan
    NIM : 14.11.106.701501.1298
    Semester : IV (Enam)
    Kelas : B2

  13. Innalillah! Tertimpa Besi Crane Pekerja PLTP Sarulla Taput Tewas
    MEDANSATU.COM, Taput Seorang pekerja proyek Sarulla Operation Limited (SOL) Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sarulla, Tapanuli Utara (Taput), Sumut, Baik Alfenso Situngkir (22), tewas setelah mengalami kecelakaan kerja di NIL Desa Simataniari, Kecamatan Pahae Julu.
    Informasi diperoleh medansatu.com, korban tewas merupakan warga Saribu Dolok, Kabupaten Simalungun. Korban adalah karyawan PT Paris, subkontraktor PT Hyundai, konsorsium dari SOL.
    Saat kejadian, alat berat crane sedang mengangkat besi ulir untuk dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain, karena hendak dipasang di lokasi proyek tersebut. Ketika crane mengangkat besi itu, tiba-tiba salah satu tali crane pengikat besi putus sehingga tidak stabil.
    Lalu besi yang bobotnya cukup berat terangkat ke atas lalu jatuh menimpa tubuh korban yang saat itu berada di bawah crane. Melihat rekannya ditimpa besi, rekan kerja korban melarikannya ke puskesmas Onan Hasang, Pahae Julu.
    Namun nyawa korban tidak bisa diselamatkan. Tadi malam jenazah korban langsung dibawa menuju kediamannya di Kabupaten Simalungun untuk disemayamkan.
    Humas SOL proyek PLTP Sarulla, Hindustan Sitompul, ketika dikonfirmasi membenarkan peristiwa tersebut. Kita bersama Hyundai dan PT Paris masih melakukan investigasi internal terkait kecelakaan kerja itu, ujarnya.
    Sementara Kapolres Taput, Dudus Harley Davidson SIk, melalui Kasubbag Humas Aiptu W Baringbing mengatakan, pihaknya sedang berkoordinasi dengan SOL untuk menyelidiki kecelakaan tersebut.
    Kita masih melakukan penyelidikan dan memintai keterangan dari rekan kerja korban pada saat terjadi kecelakaan, terangnya. (bisnur sitompul)


    Penyebab langsung:
    Tali crane pengikat beban (besi) terputus, sehingga beban (besi) menimpa pekerja yg berada di bawah crane

    Penyebab tidak langsung:
    Tidak melakukan inspeksi terhadap alat.
    Tidak adanya pengawasan
    Kurangnya training terhadap pekerja lain
    Tidak ada tanda bahwa sedang ada pekerjan berbahaya

    Rekomendasi:
    Operator harus memastikan lingkungan kerja jauh dari pekerja lain
    Operator harus memastikan berat beban yang di angkat harus sesuai dengan kapasitas crane
    Pastikan operator memiliki SIMPER
    Harus adanya pengecekan alat secara berkala dan melakukan pengecekan sebelum memulai pekerjaan
    Pastikan semua pekerja di beritahukan bahaya dengan melalui safety talk
    Pastikan pekerjan yang beresiko tinggi selalu dalam pengawasan pihak manajemen


    A.Corrective action

    1. Melakukan inspeksi alat secara rutin
    2. harus melakukan perhitungan beban terlebih dahulu yang disesuaikan dengan batas maksimum pengangkatan dan telah direncanakan secara sistematis.
    3. control safety yang tepat dan efesien pada pekerjaan pengangkatan
    4. mengutamakan sistem prosedur dan kebijakan-kebijakan K3 pada perusahaan
    5. Melakukan Audit untuk mengevaluasi kinerja k3 agar dapat meminimalisir kecelakan kerja

    B. Preventive Action

    1. Pemantauan dan Pengendalian Kondisi Tidak Aman di tempat kerja.
    2. Menganalisa area kerja, untuk mengetahui dan meminimalisir bahaya apa saja yg bisa terjadi.
    3. Menyediakan Sarana dan Prasarana K3 dan pendukungnya di tempat kerja
    4. Menetapkan aturan K3 di tempat kerja..
    5. Training K3 terhadap tenaga kerja.
    6. Melakukan Konseling dan Konsultasi mengenai penerapan K3 bersama tenaga kerja.
    7. Melakukan sosialisasi kepada tenaga kerja untuk selalu memakai alat pelindung diri.
    8. Mengikuti standar prosedur kerja.
    9. Penempatan pekerja secara tepat agar diperoleh keserasian antara bakat dan kemampuan fisik pekerja dengan tugasnya.
    10. Memberikan Pengarahan penyaluran instruksi dan informasi yang lengkap dan jelas kepada semua pekerja.

    C. Rekomendasi untuk Pekerja Lapangan.

    1. Operator harus memastikan berat beban yang di angkat harus sesuai dengan kapasitas crane.
    2.Melakukan pengecekan alat secara berkala.
    3. memberi tanda atau pembatas di wilayah pekerjan yang beresiko tinggi
    4. Memberitahu kepada seluruh pekerja lapangan bahwa sedang ada proses pekerjaan yang beresiko tinggi.
    5. melakukan pengecekan alat dan peralatan sebelum memulai pekerjaan.

    D. Rekomendasi untuk Perusahaan

    1. Membuat peraturan-peraturan di perusahaan sesuai dengan undang undang yang berlaku, dan disertai dengan sanksi
    2. memberikan training kepada tenaga kerja
    3. Melakukan pengawasan yang tegas terhadap jalannya proses pekerjaan di lapangan yang memiliki resiko tinggi.
    4. merekrut tenaga kerja yang memiliki pengalaman kerja di bidangnya.
    5. memberikan fasilitas pelindung diri dan fasilitas alat dan peralatan yang sesuai dengan standart undang undang.

    Sumber Pustaka: Medansatu.com , edisi Selasa 17 Mei 2016 06:39 WIB
    http://m.medansatu.com/berita/18298/innalillah-tertimpa-besi-crane-pekerja-pltp-sarulla-taput-tewas/


    Nama: Muhammad Rendy Januar
    NIM: 14.11.106.701501.1273
    Semester: VI
    Kelas: B2

  14. Crane KM Marina Star-2 Roboh di Priok

    JAKARTA (Pos Kota) – Telah terjadi kecelakaan Crane kapal KM Marina Star-2 milik pelayaran PT Meratus roboh saat proses bongkar muat di dermaga 102 Pelabuhan Tanjung Priok Minggu petang. Tidak ada korban jiwa, namun peristiwa tersebut sempat mengganggu kegiatan bongkar muat kapal.
    Saat kejadian berlangsung Kapal Marina Star-2 sedang di charter oleh PT. Hamasnusa dan yang mengageni kapal itu yakni PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) sedang membongkar petikemas antar pulau.
    Kepala kantor Syahbandar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Setyobudi mengatakan peristiwa tersebut akibat kelalaian dalam kegiatan bongkar muat peti kemas yang menyebabkan crane kapal KM Marina Star-2 patah.
    “Patahnya crane kapal terjadi saat pergantian shift kerja. Dugaan kami itu crane tidak di rem oleh pekerja yang shift sebelumnya sebab kejadian ini persis saat pergantian shift kerja bongkar muat sehingga patah dan roboh,” ujar Hari, Senin (7/9).
    Hari mengatakan, pihaknya langsung menurunkan petugas dan selama dua hari terus memantau perkembangannya dan kini bongkar muat di dermaga tersebut sudah hampir selesai.
    Robohnya crane kapal tersebut cerita Hari terjadi pada Minggu Sore (6/9) sekitar pukul 16.00 saat melayani angkutan peti kemas antar pulau.


    1. Analisis Kecelakaan Kerja yang disebabkan oleh 2 faktor yaitu:
    Kelalaian seorang operator pada saat pergantian shift kondisi tersebut pada saat proses bongkar muat peti kemas, operator tidak mengecek kembali rem pada crane yang digunakan sebelumnya yang menyebabkan crane menjadi patah dan roboh sehingga mengganggu aktifitas kegiatan bongkar muat kapal lainnya.

    a. Faktor Penyebab Langsung
    – Kelalaian dalam kegiatan bongkar muat peti kemas.
    – Crane tidak direm oleh pekerja pada saat pergantian shift
    – Operator tidak mengecek terlebih dahulu pada saat pergantian shift
    – Tidak mematuhi prosedur kerja yang ada.

    b. Faktor Penyebab Tidak Langsung
    – Tidak dilakukan briefing sebelum melakukan kegiatan pekerjaan.
    – Kurangnya pegawasan dilokasi pekerjaan
    – Tidak adanya kesadaran pada pekerja tentang keselamatan kerja

    2. Rekomendasi
    – Melakukan briefing atau induksi kepada semua operator sebelum melakukan pekerjaan
    – Memberikan training kepada operator
    – Memberikan pengawasan yang ketat agar tidak adanya kelalaian yang serupa
    – Melakukan pengecekkan crane sebelum pergantian shift
    – Adanya sanksi untuk operator yang tidak mematuhi prosedur pekerjaan


    A. Tindakan perbaikan (corrective action)
    1. Setiap pekerja memiliki pengalaman yang berkompeten dalam menggunakan alat kerja angkat angkut.
    2. Setiap operasional harus memiliki Surat Izin Operasional (SIO)
    3. Setiap operasional diharuskan dalam keadaan yang sehat jasmani dan rohani.
    4. Setiap operasional wajib mengikuti Standar Operasional Pekerja (SOP)
    5. Setiap operasional melakukan koordinasi sebelum pergantian shift.

    B. Tindakan pencegahan (preventive action)
    1. Melakukan pengecekan kelayakan pada crane yang akan digunakan
    2. Melakukan pengecekkan crane atau alat angkat angkut sebelum pergantian shift.
    3. Setiap operasional mengetahui berat maksimal crane yang akan digunakan dan kapasitas berat beban yang akan diangkat.
    4. Setiap pekerja memiliki pengalaman yang berkompeten dalam menggunakan alat kerja angkat angkut.
    5. Toolbox meeting dan koordinasi sebelum melakukan pekerjan.
    6. Adanya pengawasan yang ketat dilapangan pada saat pekerjaan berlangsung.
    7. Adanya komunikasi yang baik antara operator crane dan rigger.
    8. Saat melakukan pekerjaan diharuskan dalam kondisi cuaca yang baik (factor cuaca juga sangat berpengaruh pada saat melakukan pekerjaan)
    9. Adanya lokasi yang aman bagi para pekerja saat pekerjaan berlangsung.
    10. Melakukan pembersihan tempat kerja atau material pada saat pekerjaan selesai.

    C. Rekomendasi pada jenjang pekerja lapangan
    1. Memberikan sanksi kepada operasional jika tidak mematuhi prosedur yang ada.
    2. Memberikan reward kepada operasional jika pekerjaan tersebut selesai tepat waktu dengan hasil yang baik dan memuaskan.
    3. Memberikan jaminan kesehatan untuk para pekerja dan keluarga.
    4. Memberikan training perusahan untuk para pekerja
    5. Memeberikan fasilitas yang mendukung untuk keperluan para pekerja
    6. Memberikan kontrak kerja awal yang jelas untuk para pekerja.

    D. Rekomendasi pada jenjang manajerial (perusahaan)
    1. Memberikan hasil kerja yang baik untuk perusahaan dan manejerial.
    2. Adanya peraturan-peraturan dan prosedur yang sudah ditetapkan oleh perusahaan yang harus dijalankan oleh para pekerja.
    3. Menjalankan audit perusahaan internal dan eksternal.
    4. Memiliki para pekerja yang berkompeten dan professional dibidangnya.
    5. Perusahaan yang mendukung adanya budaya K3 didalam perusahaan tersebut.

    Sumber pustaka : poskotanews.com, edisi Senin 7 September 2015 21:23 WIB
    http://poskotanews.com/2015/09/07/crane-km-marina-star-2-roboh-di-priok/


    Nama: Rosdiana
    NIM: 13.11.106.701501.0994
    Semester: VI
    Kelas: B2

  15. Kaki Pekerja Putus Tertimpa Crane dan Tiang Pancang di Ciliwung

    TEBET (Post Kota) – Minggu, 16 Oktober 2016 seorang pekerja proyek mengalami putus kaki di bagian kanan saat ikut mengerjakan proses penancapan paku bumi di Bantaran Kali Ciliwug RT. 10/12, Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan.Menurut keterangan Kapolsek Tebet Kompol Nurdin Arrohman, Korban bernama Muaf Jaelani, 25, wargaCakung Barat RT 11/04 Kelurahan Cakung Barat, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur kehilangan kaki di bagian kanan pada saat tiang pancang dan crane menimpa kakinya pada pukul 10.00 WIB langsung dibawa ke RS Jatinegara dan mendapatkan perawatan luka.
    Rekan korban sekaligus saksi yang bernama Awaludin Yusuf, siang itu sedang mengarahkan tiang pancang beton ke lubang bresing atau memaku bumi dan tiba-tiba saja sling penghubung tiang pancang dan crane putus, mengakibatkan tiang pancang dan crane menimpa kaki kanan korban hingga terputus serta tangan kanan sebatas siku mengalami lecet. Saat itu kasus telah di tangani oleh Polsek Tebet yang nuturkan bahwa kejadian itu merupakan kecelakaan kerja.


    Analisa Kecelakaan Crane dan Tiang Pancang di Ciliwung
    Kecelakaan kerja yang terjadi pada berita di atas disebabkan oleh 2 faktor antara lain:

    Faktor Penyebab Langsung:
    
– Tiang pancang memiliki beban yang lebih berat dari kapasitas sling yang digunakan pada saat pengangkatan

    – Tali Sling tidak sesuai dengan kapasitas beban yang diangkat

    – Jenis Tali Sling tidak memenuhi krateria yang ditetapkan
    
– Penyimpanan tali sling yang tidak benar

    – Struktur tanah yang tidak rata pada lokasi kerja

    – Area kerja yang tidak beraturan
    
– Tidak adanya inspeksi peralatan yang di gunakan sebelum bekerja

    – Tidak dilakukannya safety induction sebelum bekerja

    Faktor Penyebab Tidak Langsung:

    – Kurangnya konsentrasi rigger (korban) pada saat bekerja

    – Rigger mengalamai fatigue

    – Operator crane yang memiliki skill yang terbatas

    – Tekanan kerja dari pimpinan
    
– Pekerja yang memiliki kesadaran yang rendah akan keselamatan kerja
    
– Shift kerja yang tidak beraturan

    Rekomendasi untuk perusahaan:
    
– Melakukan Inspeksi peralatan kerja sebelum digunakan
    
– Merapikan area kerja yang di duga dapat menghambat atau menjadi sumber bahaya saat proses pengerjaan
    
– Melakukan perhitungan SWL(Safe Working Limit) dan WLL (Working Load Limit) sebelum pengangkatan beban
    
– Melakukan perhitungan arah mata angin
    
– Melakukan pengecekan dimensi pada Crane dan Tiang Pancang
    
– Memastikan pekerja menjalankan pekerjaan sesuai dengan SOP dan JSA
    
– Melakukan Safety Briefing / Safety Induction sebelum bekerja
    
– Pemeriksaan struktur tanah sebelum crane memasuki area kerja
    
– Menggunakan tali sling sesuai dengan berat beban yang akan diangkat
    
– Memastikan Operator Crane dan Rigger memiliki SIO Crane telah tersertifikasi

    – Memastikan pekerja menjalankan pekerjaan sesuai dengan SOP dan JSA
    
– Melakukan training pekerja

    – Memastikan kondisi pekerja yang siap untuk bekerja
    
– Menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)


    A. Tindakan Perbaikan (Corrective Action) Terhadap Kecelakaan Crane
    1. Melakukan safety briefing sebelum memulai pekerjaan guna menanamkan kembali pentingnya keselamatan untuk diri, aset, lingkungan dan nama baik perusahaan agar tidak adanya kesalahan saat melakukan pekerjaan (zero mistakes)
    2. Memastikan pemeriksaan kondisi dan kelayakan crane beserta komponen-komponennya telah dilakukan sebelum di gunakan saat melakukan proses pengangkatan
    3. Memastikan perhitungan beban kerja aman (SWL) dan batas maksimum beban yang di perbolehkan (WLL) sebelum melakukan pengangkatan telah benar
    4. Memastikan tali sling yang akan digunakan dengan kondisi layak pakai serta kapasitas sling telah sesuai dengan beban yang akan di angkat
    5. Memastikan usai bekerja, peralatan yang diganakan pekerja harus di tempatkan pada posisi aman agar tidak menimbulkan kerusakan maupun cacat pada alat dan komponen-komponennya saat akan di gunakan
    6. Memastikan bahwa kekuatan struktur tanah yang akan dijadikan pijakan crane telah di periksa agar tidak terjadi kesalahan saat melakukan pengangkatan beban

    B. Tindakan Pencegahan (Preventive Action) Terhadap Kecelakaan Crane
    1. Melakukan safety briefing sebelum memulai pekerjaan
    2. Operator Crane harus ahli dalam bidang pengangkatan dan telah memiliki SIO sebelum mengoperasikan crane
    3. Operator dan pekerja terkait harus melakukan pekerjaan sesuai dengan SOP yang telah di buat
    4. Operator dan pekerja terkait harus memiliki kondisi yang fit saat hendak melakukan pekerjaan
    5. Operator dan pekerja terkait harus memiliki jam kerja secara teratur guna menghindari kelelahan saat bekerja
    6. Operator dan pekerja terkait harus melakukan MCU setiap 6 bulan sekali
    7. Crane beserta komponen-komponennya telah mendapatkan pemeriksaan keamaannya sebelum di operasikan
    8. Crane beserta komponen komponennya harus mendapatkan perbaikan berkala agar efisiensi crane saat bekerja tetap stabil
    9. Crane yang digunakan telah tersertifikasi dan dalam kondisi layak pakai
    10. Melakukan perhitungan SWL dan WLL sebelum digunakan
    11. Pengecekan dimensi pada crane dan tiang pancang
    12. Memperhitungkan arah mata angin sebelum proses pengangkatan berlangsung
    13. Memastikan crane berada pada pijakan tanah yang kokoh atau padat
    14. Penyimpanan alat kerja setelah di gunakan secara benar seperti: tali sling harus di gantung, tidak boleh di lilitkan, di tekuk atau di ikat
    15. Melakukan penggantian tali sling bila lilitannya telah putus meskipun hanya 1 lilitan
    16. Atasan harus selalu melakukan komunikasi dengan pekerja dan melakukan pemantauan saat pekerjaan berlangsung
    17. Pemasangan pagar pembatas area kerja
    18. Pemasangan papan peringatan (warning sign) seperti: “selain orang yang berkepentingan tidak di perkenankan masuk ke area kerja”
    19. Mewajibkan setiap pekerja memakai Alat Pelindung Diri (APD) dengan benar dan tidak diperkenankan melepas sebelum jam kerja berakhir

    C. Rekomendasi kepada pekerja lapangan
    1. Memiliki kondisi fisik dan mental yang sehat sebelum bekerja
    2. Memiliki konsentrasi pernuh terkait pekerjaan yang akan dijalankan
    3. Memiliki kesadaran akan keselamatan saat melakukan pekerjaan pengangkatan
    4. Mempunyai skill dan pengalaman yang cukup dalam bidang pengangkatan
    5. Memiliki SIO dan menjalankan SOP dengan benar
    6. Memeriksa mesin, instalasi kabel, air accu, dan lainnya dalam keadaan baik
    7. Memeriksa dan menastikan sekitar unit atau tempat kerja telah aman sebelum melakukan aktifitas atau digunakan
    8. Memeriksa ruang kabin operator dalam keadaan baik dan aman
    9. Merapikan area kerja setelah selesai melakukan pekerjaan
    10. Menyimpan alat kerja seperti sling dengan cara si gantung, tidak di tumpuk atau di biarkan begitu saja
    11. Menanyakan perihal beban yang diangkat kepada atasan agar tidak terjadi kesalahan
    12. Melakukan komunikasi dengan pekerja lainnya
    13. Memakai APD saat bekerja

    D. Rekomendasi kepada pihak manajerial
    1. Menanamkan pentingnya keselamatan saat bekerja pada pekerja
    2. Memberikan training berkala bagi pekerja
    3. Melakukan MCU bagi pekerja secara berkala
    4. Memberikan perbaikan pada alat yang di gunakan saat bekerja secara bekala
    5. Memastikan pekerja telah melakukan pengecekan unit sebelum di gunakan
    6. Memastikan pekerja telah bekerja sesuai dengan SOP
    7. Mengeluarkan ijin kerja terkait pekerjaan yang harus di kerjakan oleh pekerja
    8. Memastikan setiap pengangkatan beban apapun telah dilakukannya perhitungan SWL dan WLL
    9. Pengecekan area yang akan di gunakan baik struktur tanah maupun kondisi lingkungan sekitarnya
    10. Menyediakan peralatan kerja yang sesuai standar dan di nyatakan aman saat digunakan
    11. Melakukan pergantian alat kerja apabila ditemukannya kecacatan walaupun kecil
    12. Menyediakan Alat Pelindung Diri bagi setiap pekerja
    13. Memberikan perlindungan kesehatan dan keselamatan bagi pekerja berupa JAMSOSTEK, dll
    14. Mengupayakan pekerjaan yang di lakukan oleh pekerja tidak memiliki kesalahan apapun (zero mistakes)
    15. Melakukan investigasi insiden saat terjadi accident ataupun nearmisa guna meminimalisir terulangnya kejadian yang sama di kemudian hari
    16. Memberikan sanksi pada pekerja yang terbukti bersalah dalam melakukan pekerjaannya

    Sumber pustaka: Poskotanews.com, edisi Minggu 16 Oktober 2016 20:11 WIB

    http://poskotanews.com/2016/10/16/kaki-pekerja-putus-tertimpa-crane-dan-tiang-pancang-di-ciliwung/


    Nama : Safira Nava Pragisca
    NIM : 14.11.106.701501.1418
    Semester : VI
    Kelas : B2

  16. Petugas Honorer PU Mempawah Alami Kecelakaan Kerja

    Mempawah (Antara Kalbar) – Dua orang tenaga honorer Dinas PU Kabupaten Mempawah mengalami kecelakaan kerja, Rabu, sekira pukul 13.30 WIB.
    Kepala Bidang Kebersihan dan Pertamanan Dinas PU Kabupaten Mempawah Drs. Hamidia Norfal mengatakan kecelakaan kerja terjadi akibat crane hidrolik unit armada operasional Penerangan Jalan Umum (PJU) tiba-tiba rusak saat dioperasionalkan para petugas di Desa Bakau Kecil, Kecamatan Mempawah Timur.
    “Akibat kecelakaan kerja tersebut kondisi pekerja diantaranya mengalami luka lecet yakni Leman (30th), tapi sudah mendapatkan perawatan medis (rawat jalan). Sedangkan Ogut (30 th) mengalami benturan keras di kepala. Korban Ogut (30 thn) dilarikan ke Rumah Sakit Pontianak guna mendapatkan perawatan medis”, jelas Hamidia Norfal.
    Akibat kecelakaan kerja yang dialami dua pekerja honorer PJU Kabupaten Mempawah, diakui Hamidia Norfan secara tupoksi layanan PJU di kabupaten itu dipastikan mengalami hambatan.
    “Atas nama instansi berwenang kami pihak PU, bidang pertamanan dan kebersihan meminta maaf kepada masyarakat, karena musibah/kecelakaan kerja tersebut menyebabkan pelayanan tidak optimal,” ujar Hamidia Norfal melalui telpon.


    ANALISA KECELAKAAN :
    – crane hidrolik unit armada operasional Penerangan Jalan Umum (PJU) tiba-tiba rusak saat dioperasionalkan para petugas di Desa Bakau Kecil
    – Akibat kecelakaan kerja tersebut kondisi pekerja diantaranya mengalami luka lecet yakni Leman (30th), sedangkan Ogut (30 th) mengalami benturan keras di kepala

    FAKTOR PENYEBAB LANGSUNG :
    – Crane hidrolik armada operasional ( PJU ) tiba-tiba rusak

    FAKTOR PENYEBAB TIDAK LANGSUNG :
    – Crane tidak diinspeksi terlebih dahulu sebelum di operasikan
    – kurangnya pengawasan
    – Pekerjaan beresiko tinggi seharusnya ada upaya untuk pengedaliannya
    – Tidak memasang traffic cone di sekitar area pekerjaan

    REKOMENDASI :
    – Pastikan operator memiliki SIMPER, SIO
    – Memberikan safety talk terlebih dulu sebelum bekerja
    – Menggunakan APD sesuai pekerjaan
    – Menerapkan SOP
    – Operator dan pekerja lain harus memastikan bahwa lingkungan kerja tidak ada orang dan memasang traffic cone disekitar area crane dan proses pengangkatan dilaksanakan dengan aman
    – Melakukan inspeksi crane sebelum di operasikan dan setelah selesai di operasikan


    A. Tindakan perbaikan (Corrective Action)
    1. Meningkatkan pengawasan terhadap kegiatan pekerjaan (Crane)
    2. Pastikan setiap karyawan memiliki SIO dan SIMPER
    3. Harus ada permit dan SOP pekerjaan crane
    4. Melakukan inspeksi pada crane
    5. Pastikan karyawan sudah mendapatkan sertifikat pelatihan pengoperasian crane

    B. Tindakan Pencegahan (Preventive action)
    1. Melakukan safety talk, toolbox meeting sebelum melakukan perkejaan
    2. Pastikan lokasi dan pekerja berkerja dengan aman dan jauh dari segala bahaya
    3. Saling berinteraksi antara operator, pengawas dan pekerja lain
    4. Pastikan semua crane di lengkapi dengan safety device
    5. Melakukan ceklist peralatan sebelum di gunakan untuk bekerja
    6. Pastikan karyawan menggunakan APD
    7. Memberikan training kepada karyawan
    8. Membuat system reward
    9. Memasang traffic cone di area bekerja
    10. Bekerja sesuai dengan SOP

    C. Rekomendasi pada jenjang pekerja lapangan
    1. Saat pengangkatan crane pastikan ada dogman
    2. Pastikan saat pengoperasian pekerja dilarang berada di bawah crane
    3. Pengawasan lapangan harus selalu ada
    4. Memakai APD yang memadai
    5. Saling berkomunikasi dan memberikan arahan kepada perkerja lain

    D. Rekomendasi pada jenjang manajerial (Perusahaan)
    1. membuat JSA dan SOP
    2. Memberikan training kepada karyawan agar lebih berkompeten
    3. Membentuk tim P2K3
    4. Merekrut pekerja yang berkompeten sesuai dengan keahliannya
    5. Memberikan safety induction kepada karyawan baru atau pengunjung

    Sumber Pustaka: Antarakalbar.com, edisi Rabu 21 September 2016 19:13 WIB
    http://www.antarakalbar.com/berita/343433/petugas-honorer-pu-mempawah-alami-kecelakaan-kerja


    Nama : Adi Gunawan
    NIM : 14.11.106.701501.1437
    Semester : VI
    Kelas : B2

  17. Kecelakaan kerja di proyek Gedung LKPP, satu tewas

    Merdeka.com – Kecelakaan kerja terjadi di proyek Gedung Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP), di kawasan Rasuna Epicentrum, Jakarta Selatan. Dalam kejadian itu, satu pekerja tewas akibat tertimpa lengan konstruksi tower crane yang jatuh.
    Menurut keterangan saksi di dekat lokasi proyek, Yansen, insiden itu terjadi pukul 10.30 WIB. Menurut dia, saat tower crane itu sedang dibongkar karena sudah selesai digunakan.
    “Enggak tahu kenapa, tahu-tahu konstruksi crane-nya jatuh. Korban ada tiga orang. Satu tewas tertimpa, dua cedera,” kata Yansen kepada awak media di lokasi kejadian, Jakarta, Rabu (1/10).
    Menurut dia, saat kejadian dua operator mesin itu juga melompat guna menyelamatkan diri. Sementara, dua pekerja cedera jatuh terseret lengan crane itu saat mereka sedang mengerjakan dinding. Tetapi, saat pihak kontraktor Waskita Karya di lokasi hendak dikonfirmasi, mereka menolak memberikan keterangan. Mereka juga bungkam saat ditanya ihwal lokasi tempat para pekerja dirawat.
    Dari pantauan, setelah kejadian tidak nampak kegiatan di proyek gedung berlantai 13 model limas itu. Hanya bekas kecelakaan terlihat jelas. Yakni lengan crane yang melintang hingga ke lokasi proyek Gedung Pertamina dan Gedung ANTV. Sebagian steger juga nampak rusak tersapu bagian crane itu. Proses pembongkaran crane pun terhenti.
    Lengan crane itu juga menimpa tembok dan sebagian wilayah parkir Gedung ANTV, persis di sebelahnya. Beruntung saat kejadian, seorang pesuruh yang sedang beristirahat lari menyelamatkan diri menghindari lengan crane itu. Tetapi sayang, sepuluh sepeda motor yang sedang parkir hancur tertimpa lengan seberat kurang lebih 12 ton itu.
    “Untung di belakang lagi sepi. Cuma motor saja pada kena. Katanya mau diganti full,” kata seorang petugas keamanan gedung ANTV yang motornya ikut tertimpa.


    Analisis kecelakaan crane terjadi :
    1. Perencanaan yang kurang baik
    2. Kegagalan dari peralatan
    3. SDM yang tidak memenuhi persyaratan
    4. Faktor alam (angin, cuaca, bencana alam dll)

    Faktor Penyebab langsung :
    1. Mesin sudan rusak karena kurangnya perawatan dan tidak diganti.
    2. Crane yang sudah berumur sehingga menyebabkan beberapa komponen mengalami aus.
    3. Tidak melaporkan adanya kerusakan alat
    4. Pekerja mengabaikan instruksi kerja
    5. Pekerja tidak mengikuti prosedur, peraturan keselamatan kerja.
    6. Beroperasi atau bekerja dengan kecepatan yang tidak aman.

    Faktor Penyebab tidak langsung :
    1. Suasana kerja tidak kondusif .
    2. Pekerjaan tidak sesuai dengan keahlian tenaga kerja
    3. Beban kerja yang sangat berat.
    4. Masalah pribadi yang mengganggu konsentrasi kerja.

    Rekomendasi :
    1. Memasang Boom limit switch : pengaman pada crane untuk mencegah berlebihnya derajat angkat sehingga beam dari crane tersebut menabrak ke body utama dari crane dan dapat berakibat hilangnya ke stabilan saat proses lifting dan beban dapat jatuh atau menabrak pada beam crane itu sendiri (terdiri dari penunjuk derajat / pointer dan angle plate).
    2. Memasang Over hoist Limit switch : Pengaman pada crane yang berfungsi untuk menahan ketika terjadi over height pada saat lifting yang dapat berakibat terlepasnya hook dan beban menjadi tidak stabil.
    3. Apabila lebih dari seorang yang bekerja pada peralatan angkat, operator harus bekerja berdasarkan isyarat hanya dari satu orang yang ditunjuk.
    4. Setiap pesawat angkat sebelum dipakai harus diperiksa dan diuji terlebih
    dahulu dengan standar uji yang telah ditentukan.
    5. Pemeriksaan dan pengujian ulang pesawat angkat dilaksanakan selambat lambatnya 2 (dua) tahun setelah pengujian pertama dan pemeriksaan pengujian ulang selanjutnya dilaksanakan 1 (satu) tahun sekali.
    6. Posisi Rigger harus terlihat oleh operator.
    7. Memastikan bahwa operator dan rigger memiliki SIO yang masih berlaku.
    8. Melakukan Inspeksi dan maintenance rutin kepada crane.
    9. Memastikan Operator bekerja sesuai dengan SOP.
    10. Pastikan daerah konstruksi steril dari para pejalan kaki yang berlalu-lalang.


    A. Tindakan Perbaikan (Corrective Action):
    1. Melakukan Internal audit untuk mengevaluasi bagaimana kecelakaan bisa terjadi.
    2. Memberikan penilaian pada setiap pekerjaan, pada bagian mana kecelakaan sering terjadi.
    3. Memantau hasil pekerjaan para pekerja dan mengecek bila terjadi kesalahan.
    4. Melakukan wawancara dengan para pekerja.
    5. Mereview dan mendokumentasikan setiap kecelakaan yang terjadi.

    B. Upaya Pencegahan (Preventive Action):
    1. Memastikan pekerja di training sebelum bekerja sebagai operator crane.
    2. Memilih pekerja yang berpengalaman di bidang tersebut.
    3. Perusahaan wajib menyediakan sarana dan prasarana untuk kelancaran pekerja saat bekerja.
    4. Menyediakan alat pelindung diri secara cuma-cuma untuk seluruh pekerja.
    5. Perusahaan menunjuk Dept.HSE untuk mengumpulkan data bahaya yang ada di dalam pengoperasian crane.
    6. Membentuk Emergency Respone Team.
    7. Memperbarui peraturan tentang K3 minimal sebulan sekali.
    8. Membuat mitigation plan.
    9. Memberikan  hak-hak para pekerja sesuai dengan aturan yang ada.
    10. Saling menghargai antara sesama karyawan agar kenyamanan tetap terjaga dan kualitas kerja menjadi lebih baik.

    C. Rekomendasi kepada Pekerja Lapangan:
    1. Supervisor melakukan pengawasan saat pengoperasian crane berlangsung.
    2. Rigger hanya terdiri dari 1 orang dan ditunjuk oleh operator.
    3. Melakukan program Safety talk setiap sebelum pekerjaan dimulai.
    4. Menjaga komunikasi antar sesama karyawan agar tidak menimbulkan kekeliuran yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.
    5. Maintenance peralatan sesuai dengan jadwal.

    D. Rekomendasi kepada Pihak Manajerial (Perusahaan):
    1. Menjalankan SMK3 perusahaan secara benar dan tepat.
    2. Membentuk P2K3 yang bertugas membantu masalah yang terjadi di tempat kerja.
    3. Melakukan evaluasi dari kecelakan yang terdahulu agar tidak terulang.
    4. Memberikan penyuluhan dan simulasi Kecelakaan kerja agar setiap karyawan selalu waspada dalam bekerja.
    5. Perusahaan memberikan sanksi kepada para pekerja yang melanggar aturan kerja.

    Sumber pustaka: Merdeka.com, edisi Rabu 1 Oktober 2014 16:11 WIB
    https://www.merdeka.com/peristiwa/kecelakaan-kerja-di-proyek-gedung-lkpp-satu-tewas.html


    Nama: Nikita Claudy Sepnadia Razak
    NIM: 14.11.106.701501.1278
    Semester: VI
    Kelas: B2

  18. Penampakan Crane Roboh Timpa Rumah di Kebayoran Baru

    Langit masih gelap ketika tiba-tiba sebuah crane jatuh dan menimpa sebuah rumah di Jalan Kyai Maja, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Peristiwa tersebut terjadi pada Kamis (15/10/2015) sekitar pukul 02.00 WIB dini hari tadi. Entah apa penyebabnya hingga crane itu bisa roboh.
    Bagian tiang dari alat besar berwarna kuning itu jatuh tepat di atap rumah seorang warga. Sementara kaki crane mendarat dengan miring di jalanan beraspal.
    Sampai saat ini jajaran kepolisian masih menyelidiki insiden jatuhnya crane tersebut.
    “Menimpa satu rumah. Sampai sekarang masih diproses, pemeriksaan belum selesai,” kata petugas piket Polsek Metro Kebayoran Baru kepada Liputan6.com di Jakarta, Kamis (15/10/2015).
    “Masih di lokasi crane-nya,” imbuh dia.
    Agus mengatakan, tak ada korban dalam peristiwa jatuhnya crane ini, baik korban jiwa maupun korban luka.
    Traffic Management Center (TMC) Polda Metro Jaya sebelumnya melaporkan jatuhnya crane tersebut terjadi di sebuah lokasi proyek di Taman Puring.
    “Kecelakaan crane rubuh di lokasi Proyek Jalan Kyai Maja Jaksel (Taman Puring) dan masih penanganan.”


    1). Analisis kecelakaan crane :
    – Crane kehilangan keseimbangan saat berpindah tempat, setelah melakukan pengangkatan box girder, pinlock pada crane terlepas sehingga crane kehilangan keseimbangan dan roboh menimpa rumah warga.

    A). Faktor penyebab langsung kecelakaan crane :
    – Inspeksi tidak di lakukan kembali setelah crane melakukan pengangkatan.
    – Operator crane tidak mematuhi SOP yang sudah di tetapkan.
    – Operator crane tidak mengetahui pinlock carne terlepas.

    B). Faktor penyebab tidak langsung kecelakaan crane :
    – Operator crane yang kurang berpengalaman.
    – Kurangnya safety briefing sebelum melakukan pekeraan.
    – Operator crane mengalami kelelahan atau fatigue.
    – Kurangnya training operator crane.

    2). Rekomendasi yang teradi pada kecelakaan crane :
    – Sosialisasikan keselamatan dan kesehatan kerja pada area kerja.
    – Tingkatkan safety pada area kerja.
    – Berikan SOP setiap karyawan atau perkerja.
    – Berikan JSA setiap karyawan atau pekerja.
    – Inspeksi alat kerja sebelum di gunakan maupun sesudah digunakan untuk keselamatan dalam bekerja.
    – Selalu melakukan pengawasan pada alat kerja maupun karyawan.
    – Sebelum bekerja harus diberikan safety briefing agar menambah wawasan karyawan.


    A. Tindakan perbaikan (corrective action) dalam kecelakaan crane
    1. Buat kegiatan sebagai keamaan untuk diri sendiri maaupun orang lain, seperti memastikan peralatan kerja dalam kondisi baik, serta alat pelindung diri dalam kondisi baik.
    2. Laporkan jika ada alat kerja yang tidak bagus atau rusak, kepada HSE dan atasan agar segera diperbaiki, agar tidak membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
    3. Tetap mengikuti instruksi atau prosedur kerja yang aman, jika tidak mengikuti aturan kerja yang aman maka suatu saat akan menjadikan bahaya untuk diri sendiri maupun orang lain.
    4. Lakukan pekerajan sesuai dengan job kerja, jam lembur max sampai dengan jam 10pm, tidak dianjurkan sampai tengah malam karena dapat mengalami fatigue atau kelelahan berlebih terhadap pekerja.
    5. Melakukan diskusi atau rencana sebelum melakukan perpindahan alat berat (crane) ke tempat lain agar tidak adanya kecelakaan serupa teradi kembali.

    B. Tindakan pencegahan (preventive action) dalam kecelakaan crane
    1. Operator crane harus memiliki SIO.
    2. Operator crane harus mempunyai pengalaman atau jam terbang yang tinggi.
    3. Pengawas harus lebih teliti jika melakukan perpindahan crane.
    4. Jangan melakukan jam lembur yang berlebih, karena dapat mengakibtakan kecelakaan kerja akibat kelelahan.
    5. Lakukan maintenance pada crane, sebelum digunakan check record maintenance cranenya apakah dalam kondisi baik.
    6. Berikan SOP pada pekerja.
    7. Berikan punishment jika adanya pelanggaran prosedur kerja.
    8. Memberikan training terhadap pekerja agar mempunyai wawasan yang luas dan lebih trampil dalam bekerja.
    9. Selalu melekukan check pada crane setelah maupun sebelum digunakan, untuk mengetahui crane masih dalam kondisi baik atau tidak.
    10. Selalu berikan safety briefing terhadap pekerja agar pekerja selalu berhati-hati saat melakukan pekerjaan.

    C. Rekomendasi pada jenjang pekerja lapangan
    1. Jam kerja harus sesuai ketentuan untuk menghindari kecelakaan kerja karena kelehaan setalah melakukan operasional crane.
    2. Pekerja operator maupun pengawas tidak boleh kelelahan berlebih karena kelelahan dapat mengurangi fokus saat bekerja.
    3. Memberikan waktu istrahat yang cukup, jangan terlalu memberikan preasure pada pengawas dan operator crane.
    4. Berikan training kepada operator crane maupun pengawas.
    5. Meberikan pemahaman SOP agar tidak terjadi kesalahan pemahaman operator crane dengan pengawas.

    D. Rekomendasi pada jenjang manajerial
    1. Operator crane harus memiliki SIO.
    2. Pengawas harus memiliki sertifikat AK3 umum.
    3. Perusahaan wajib memberikan training agar operator crane dan pengawas tetap ingat atau berpengalaman dalam bidangnya.
    4. Perusahaan wajib maintanance crane dan alat kerja lainnya.
    5. Memberikan punishment terhadap pekerja yang melanggar SOP yang telah diberikan.

    Sumber pustaka: Liputan6.com, edisi 15 Oktober 2015 09:23 WIB
    http://news.liputan6.com/read/2340567/penampakan-crane-roboh-timpa-rumah-di-kebayoran-baru


    Nama: Kurnia Septian Dwi Cahyanto
    NIM: 14.11.106.701501.1385
    Semester: VI
    Kelas: B2

  19. Crane PT Hyundai – PLTA Sambar Pekerja, 1 Tewas

    Hyundai Takengen | Lintas Gayo – Crane perusahaan yang akan mengoperasionalkan listrik di PLTA Puesangan, memakan korban jiwa. Crane dari perusahaan Hyundai ini menyambar dua pekerja, satu meninggal dunia, satu lagi mengalami luka ringan.
    Kejadian berlangsung Senin (21/9/2015) menjelang siang di Burni Bius, Kecamatan Silih Nara, Aceh Tengah. Korban Benersyah Melala, 61, setelah dilakukan visum di RSU Datu Beru Takengen, dibawa kerumah duka di Pante Raya, Kecamatan Wih Pesam, Bener Meriah.
    Sementara Rahmatsyah, 35, penduduk Kemili, Kecamatan Bebesen, mengalami patah kaki dan harus menjalani perawatan.
    “ Kita tidak mengharapkan musibah. Namun ini sudah perjalanan hidup seseorang. Kita akan urus korban dan kami juga akan kerumah duka, sementara proses hukumnya, itu wewenang polisi,” sebut Octavianus, pimpinan PLTA Peusangan Takengen, ketika diminta keteranganya.
    Menurut Octa, korban yang sedang mengoperasionalkan ginset di PT Hundyai ini, pondasi crane kurang kuat dan terlepas. Saat jatuh menimpa korban. Yang luka ringan setelah dibawa ke RSU Datu Beru dibenarkan pulang oleh petugas medis.
    Humas PT Hyundai di Takengen, Syukur Kobath, juga sudah berada di rumah duka di Pante Raya. Korban akan dikebumikan di Pante Raya. Pihak PLTA dan Hyundai berkejewajiban mengurus korban, sebut Octavianus.
    Sementara itu Kasat Serse Polres Aceh Tengah Akp. Raja Gunawan, ketika dikonfirmasi menyebutkan, pihaknya sedang di lapangan, melakukan olah TKP. Mengumpulkan sejumlah bukti tentang musibah yang dialami pekerja di PT Hundyai ini. (LG 01/Iqoni RS)


    1. ANALISIS KECELAKAAN KERJA :
    Terdapat 2 orang pekerja yang mengalami kecelakaan pada saat crane yang digunakan untuk pengoperasian listrik, menyambar 2 orang pekerja tersebut, yang mana salah satunya meninggal dunia dan 1 pekerja lagi dilarikan ke rumah sakit.

    2. FAKTOR PENYEBAB LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG :

    A. FAKTOR PENYEBAB LANGSUNG:
    – Pondasi Crane yang kurang kuat dan terlepas,
    – Tidak adanya pengecekan terlebih dahulu pada peralatan crane sebelum melakukan pekerjaan,
    – Tidak ada pemeliharaan terhadap crane secara berkala,
    – Operator yang kurang kompeten

    B. FAKTOR PENYEBAB TIDAK LANGSUNG :
    – Kurangnya pengawasan pada saat melakukan pekerjaan tersebut,
    – Kurangnya komunikasi antar pekerja,
    – Kurangnya pemahaman mengenai aspek k3 itu sendiri.

    3. REKOMENDASI AGAR KECELAKAAN TIDAK TERULANG :
    – Penerapkan dan pemahaman mengenai SOP dengan baik,
    – Melakukan pengecekan terlebih dahulu terhadap peralatan sebelum melakukan pekerjaan,
    – Menggunakan crane yang layak digunakanan,
    – Melakukan safety induction sebelum melakukan pekerjaan tersebut,
    – Setiap pekerja yang terlibat harus memiliki keterampilan di bidang tersebut dan memiliki SIO yang sesuai dengan kriteria pekerjaan yang akan di lakukan,
    – Adanya Pengawas untuk melakukan pengawasan¸ pengontrolan, dan pengarahan terhadap pekerjaan tersebut,
    – Komunikasi antar pekerja harus terjalin dengan baik,
    – Menerapkan prinsip aspek k3 yang baik dan benar terhadap pekerja.


    A. Tindakan perbaikan (corrective action).
    1. Melakukan pemeriksaan, pemantauan sebelum peralatan digunakan,
    2. Adanya Safety Talk, safety moment atau safety induction terlebih dahulu sebelum melakukan pekerjaan,
    3. Mengkaji dan merefresh mengenai SOP utk pekerjaan tersebut,
    4. Dilakukannya Audit secara berkala baik internal maupun eksternal,
    5. Memperbaharui perizinan atau izin kelayakan pemakaian crane tersebut,
    6. Adanya komunikasi yang baik antar pegawai.

    B. Tindakan pencegahan (preventive action).
    1. Membuat Shift kerja pekerja,
    2. Membuat HIRA,
    3. Dibuatkannya pelatihan untuk pekerja,
    4. Adanya rambu – rambu atau sign,
    5. Dibuatkannya work permit untuk para pekerja,
    6. Pekerjaan yang sesuai dengan tupoksi yang ada,
    7. Penerapan sistem kerja yang baik, seperti pemberian reward atau penghargaan untuk pekerja bekerja lebih baik, dan memberikan hukuman untuk pekerja yang lalai,
    8. Dilakukannya sosialisasi kepada seluruh pekerja,
    9. Membuat jadwal rutin inspeksi pada peralatan dan pekerja,
    10. Dilakukannya Log Book dan pre start check dengan benar.

    C. Rekomendasi Anda pada jenjang pekerja lapangan
    1. Memperhitungkan berat beban yang akan diangkat,
    2. Inspeksi dilakukan sebelum crane akan digunakan,
    3. Sosialisasi untuk pekerja,
    4. Penerapan Log book dan pre start check sebelum melakukan pekerjaan,
    5. Adanya pengawas di wilayah kerja tersebut,
    6. Adanya pelatihan dan uji kompetensi untuk pekerja

    D. Rekomendasi Anda pada jenjang manajerial (perusahaan)
    1. Pembuatan, Membentuk dan menjalankan SMK3 ,
    2. Adanya Acuan pedoman dan standar penggunaan Crane,
    3. Menyediakan fasilitas K3,
    4. Membuat jadwal training untuk pekerja,
    5. Melakukan Evaluasi untuk meningkatkan, pemeliharaan dan pengujian untuk kelayakan crane yang akan digunakan.

    Sumber Pustaka : Lintasgayo.com, edisi Senin 21 September 2015 10.30 WIB
    http://www.lintasgayo.com/56173/crane-pt-hyundai-plta-sambar-pekerja-1tewas.html


    Nama : Siti Rahmawati
    NIM: 14.11.106.701501.1283
    Semester: VI
    Kelas: B2

  20. Tersenggol Crane, Pekerja Pelabuhan Batuampar Tewas Seketika

    Seorang pekerja di pelabuhan Batuampar, Batam, Awi (33), tewas akibat tersenggol crane, Senin (13/2/2017) sore.
    Peristiwa naas tersebut dialami oleh ayah satu anak itu sekitar pukul 18.15 WIB.
    Berdasarkan informasi yang dihimpun Tribun Batam di lapangan, sore menjelang malam itu, Awi sedang buang air kecil di kawasan pelabuhan.
    Sementara, saat itu, aktifitas di pelabuhan Batuampar masih terus berjalan.
    “Namanya dia mau pipis mungkin, dia berondok-berondok gitu kan. Jadi orang nggak lihat. Nggak tahunya crane itu bergerak mutar. Kenalah kepala belakangnya, dia jatuh, terus dahinya itu terbentur lagi,” tutur seorang saksi mata yang enggan disebutkan namanya.
    Akibat benturan tersebut, Awi pun mengalami luka serius di bagian kepalanya akibat hantaman besi pengangkat barang tersebut.
    Darah terus mengucur dari belakang kepalanya.
    Awi langsung dilarikan ke RS Budi Kemuliaan Batam, namun nyawanya tak tertolong.
    Kematian pria yang tinggal di Bengkong itupun mengejutkan kerabat juga rekan kerjanya.
    Satu per satu kerabat Awi mendatangi UGD RS Budi Kemuliaan.
    “Kok pergi cepat sekali, kenapa kamu pergi…” ucap kerabat Awi sambil memeluk jenazahnya yang masih berlumuran darah itu.
    Saat ini, keluarga, kerabat dan rekan-rekan kerja Awi masih berkumpul di rumah sakit.
    “Dia kerja di Pelabuhan Batuampar, bagian formil, bagian kantorlah. Kasihan, masih muda, anak saja baru satu. Dia kawan kerja suami saya. Saya juga nggak kenal betul,” ujar satu di antara wanita di UGD RS Budi Kemuliaan.


    Analisa Kecelakaan Pekerja tewas tersenggol crane
    Kecelakaan kerja yang terjadi pada berita di atas disebabkan oleh 2 faktor antara lain:

    A. Faktor Penyebab Langsun
    – Pekerja kurang fokus atau kelelahan
    – Area kerja tidak ada rambu-rambu larangan
    – Kurangnya penerangan

    B. Faktor Penyebab Tidak Langsung
    – Kurangnya konsentrasi operator pada saat mengoperasikan crane
    – Pekerja yang memiliki kesadaran yang rendah akan keselamatan kerja

    C. Rekomendasi untuk perusahaan
    – Memastikan rambu-rambu larangan terpasang
    – Memastikan penerangan di daerah bongkar muat di pelabuhan memadai
    – Melakukan training
    – Menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)
    – Memberikan waktu istirahat yang cukup untuk pekerja


    A. Tindakan perbaikan (corrective action)
    1. Setiap operasional harus memiliki surat izin operasional (SIO)
    2. Setiap operasional diharuskan dalam keadaan sehat
    3. Setiap operasional melakukan koordinasi sebelum pergantian shift
    4. Setiap operasional wajib mengikuti standar operasional prosedur (SOP)
    5. Pekerja yang ada di sekitar harus di training

    B. Tindakan pencegahan (preventive action)
    1. Setiap pekerja memiliki pengalaman yang berkompeten dalam soal menggunkan peralatan angkat angkut.
    2. Toolbox meeting dan koordinasi sebelum melakukan pekerja.
    3. Melakukan pengecekan crane sebelum pergantian shift
    4. Adanya pengawasan yang ketat dilapangan pada saat pekerjaan berlangsung.
    5. Adanya komunikasi yang baik antara operator crane dan rigger.
    6. Adanya lokasi yang aman bagi para pekerja saat pekerjaan berlangsung.
    7. Melakukan pembersihan tempat kerja atau material pada saat pekerjaan selesai.
    8. Adanya penerangan yang baik di daerah pelabuhan.
    9. Memberikan training pada setiap pekerja yang ada di pelabuhan.
    10. Memasang rambu-rambu larangan di sekitar daerah pengangkatan.

    C. Rekomendasi anda pada jenjang pekerja lapangan
    1. Memberikan sanksi kepada operasional jika tidak mematuhi prosedur yang ada.
    2. Memberikan reward kepada pekerja.
    3. Memberikan jaminan kesehatan untuk pekerja.
    4. Memberikan fasilitas yang mendukung untuk para pekerja.
    5. Memberikan training untuk para pekerja.

    D. Rekomendasi anda pada jenjang manajerial (perusahaan)
    1. Menjalankan audit perusahaan internal dan eksternal.
    2. Perusahaan mendukung adanya budaya K3 didalam perusahaan tersebut.
    3. Adanya peraturan-peraturan dan prosedur yang sudah di tetapkan oleh perusahaan yang harus dijalankan oleh para pekerja.
    4. Perusahaan memberikan tunjangan asuransi untuk para pekerja.
    5. Perusahaan memberikan perlengkapan APD yang lengkap bagi para pekerja.

    Sumber pustaka : Tribune batam.com, edisi Senin 13 Februari 2017 20.05 WIB
    http://batam.tribunnews.com/2017/02/13/breakingnews-tersenggol-crane-pekerja-pelabuhan-batuampar-tewas-seketika


    Nama : Hariansyah
    NIM : 14.11.106.701501.1387
    Kelas : B2
    Semester : VI

  21. TIGA PEKERJA TEWAS SETELAH TERJATUH DARI LANTAI 8

    TRIBUNNEWS.COM, TANJUNG REDEB – Tiga pekerja PT Griya Trada yang tengah membangun Hotel Bumi Segah, Tanjung Redeb, Berau, Kalimantan Timur tewas setelah terjatuh dari lantai 8, Sabtu (5/3/2016).
    Menurut saksi mata yang ditemui lokasi, para pekerja tersebut tewas setelah terjatuh dari lantai 8 hotel yang dibangun 9 lantai. Kecelakaan itu menewaskan tiga pekerja masing-masing bernama Widianto (24), Sabar (46), dan Jono (50). Dua korban bernama Widianto dan Sabar diketahui tewas di tempat, sementara Jono meninggal saat berada di RSUD Abdul Rivai.
    Kapolres Berau, AKBP Anggie Yulianto mengatakan, kejadian tersebut bermula saat para pekerja sedang mengangkut pasir ke lantai 8 menggunakan crane.
    Pasir yang rencanannya akan digunakan untuk campuran semen itu hanya diikat dengan tali sling. “Pasir hanya ditopang dua tali sling, kemudian putus dan ketiga pekerjanya jatuh. Sementara pasirnya masih menggantung,” ungkapnya.
    Saat ditanya apakah ada unsur kelalaian, Anggie mengatakan, pihaknya enggan berspekulasi.
    “Kita tidak ingin beropini, nanti faktanya akan diketahui dari proses penyelidikan,” tegasnya. Namun diakuinya, saat kejadian, para pekerja yang beraktivitas di ketinggian itu tidak mengenakan pengaman. Ketiga jenazah saat ini berada di RSUD Abdul Rivai, beberapa orang yang mengaku dari pihak keluarga juga melarang para wartawan meliput kondisi jenazah di RSUD.


    Analisis kecelakaan crane :
    Kecelakaan crane tersebut disebabkan oleh :
    – Tidak adanya Standard Operasional Procedur pada pekerjaan pengoperasian crane yang telah disalhgunakan untuk mengangkat manusia.
    – Kurangnya pengawasan terhadap para karyawan yang bekerja di proyek tersebut.
    – Kurangnya pengetahuan pekerja tentang keselamatan kerja .
    – Tidak ada kordinasi antara Riger dengan Operator crane sebelum mengangkat.
    – Tidak adanya Standard Operasional Procedure tentang pengangkatan barang.
    – Tidak tersedianya alat pelindung diri .
    – Operator crane tidak mengetahui tentang keselamatan kerja.
    – Tidak berjalannya pre start chek pada unit crane.
    – Tidak adanya administrasi control pada pekerjaan tersebut.

    Faktor penyebab langsung:
    – 3 Pekerja jatuh dari sling crane .

    Faktor penyebab tidak langsung:
    – Tidak adanya Standard Operasional Procedur pada pekerjaan pengoperasian crane yang telah disalhgunakan untuk mengangkat manusia.
    – Kurangnya pengawasan terhadap para karyawan yang bekerja di proyek tersebut.
    – Kurangnya pengetahuan pekerja tentang keselamatan kerja .
    – Tidak ada kordinasi antara Riger dengan Operator crane sebelum mengangkat.
    – Tidak adanya Standard Operasional Procedure tentang pengangkatan barang.
    – Tidak tersedianya alat pelindung diri .
    – Operator crane tidak mengetahui tentang keselamatan kerja.
    – Tidak berjalannya pre start chek pada unit crane.
    – Tidak adanya administrasi control pada pekerjaan tersebut

    Mana rekomendasi tugas ke-2 yang juga harus dicantumkan dalam tugas ini?
     
     
     
     


    A. Corrective Action
    1. Membuat SOP untuk semua jenis pekerjaan
    2. Memastikan pre start chek di jalankan sebelum unit crane digunakan.
    3. Melakukan pengawasan di setiap area kerja.
    4. Melakukan refreshment kepada crane operator tentang SOP pengoperasian crane.
    5. Memastikan komunikasi antara riger & operator crane sebelum mulai pengangkatan.

    B. Preventive Action
    1. Membuat HIRA sebelum proyek dimulai
    2. Membuat JSA untuk semua pekerjaan yang berisiko tinggi
    3. Membuat Work permit sebelum bekerja
    4. Melakukan safety talk sebelum bekerja
    5. Memberikan training basic K3 kepada semua pekerja.
    6. Memberikan safety induction pada semua karyawan baru
    7. Memastikan operator crane telah meiliki SIO dan memahami basic K3
    8. Memberikan training basic K3 pada karyawan baru.
    9. Menjalankan sistem manajemen K3 pada proyek
    10. Mendesaign SIGN Safety di setiap area kerja.

    C. Rekomendasi kepada Pekerja lapangan
    1. Memberikan training basic K3 tentang kepada semua pekerja.
    2. Memberikan safety induction pada semua karyawan baru
    3. Memastikan operator crane telah meiliki SIO dan memahami basic K3
    4. Melakukan refreshment kepada crane operator tentang SOP pengoperasian crane.
    5. Memastikan komunikasi antara riger & operator crane sebelum mulai pengangkatan

    D. Rekomendasi kepada Pihak Managerial
    1. Menyediakan alat pelindung diri secara cuma-cuma.
    2. Melakukan recruitment pekerja sesuai dengan skill person.
    3. Memberikan budget untuk mengadakan training.
    4. Berkomitmen dengan sisem manajemen K3 .
    5. Menyediakan foreman di area kerja.
     
    Sumber Pustaka: Tribun News, edisi Sabtu 5 Maret 2016 18:46 WIB
    http://m.tribunnews.com/regional/2016/03/05/tiga-pekerja-tewas-setelah-terjatuh-dari-lantai-8
     


    Nama: Candra Dwi Septian
    NIM: 14.11.106.701501.1275
    Semester: VI
    Kelas: B2

  22. Tower Crane Ambruk, Pembangunan Apartemen Distop.

    Proyek pembangunan apartemen di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, dihentikan sementara waktu. Hal itu menyusul tewasnya 3 pekerja akibat tertimpa crane atau menara katrol yang patah.
    Para pekerja hanya mampu memandangi proyek pembangunan apartemen di Jalan Dewi Sartika, Ciputat, dari luar area proyek. Garis polisi memaksa mereka menghentikan aktifitas pembangunan untuk sementara.
    Saat tiang menara katrol pengerjaan proyek pembangunan apartemen itu patah, 3 pekerja nahas berada di lantai dua proyek. Mereka tertimpa beton, hingga tewas di tempat.
    Akibat peristiwa itu, operator menara katrol menderita luka-luka dan masih dirawat intensif di Rumah Sakit Sari Asih, Ciputat. Pengembang apartemen Green Lake View belum bisa dimintai keterangan mengenai insiden ini. Kasus kecelakaan kerja yang menewaskan 3 orang pekerja itu kini masih ditangani aparat Polsek Ciputat dan Polres Jakarta Selatan.
     


    Mana tugas ke-2 yang wajib dicantumkan dalam tugas ini, yang berisikan analisis kecelakaan, faktor penyebab langsung dan faktor penyebab tidak langsung, serta rekomendasi Anda atas kejadian tersebut?
     
     
     
     
     
     
     
     


    A. TINDAKAN PERBAIKAN (corrective action)
    1. Pengawas melakukan observasi terlebih dahulu sebelum memulai pekerjaan
    2. Segera memperbaiki alat yg rusak sebelum crane digunakan
    Mengganti baut” dan bagian untuk menyambung crane dapat di gunakan dengan baik
    3. Memastikan kondisi operator fit sebelum melakukan pekerjaan
    4. Mengecek sekitar area pekerjaan dalam kondisi aman, termasuk bagian tanah untuk berdiri crane.
    5. Pengawas harus memastikan bahwa crane bisa digunakan secara aman

    B. TINDAKAN PENCEGAHAN (preventive action)
    1. Melakukan inspeksi crane secara rutin.
    2. Melakukan MCU terhadap seluruh karyawan.
    3. Melakukan pengecekan terhadap struktur tanah.
    4. Melakukan perawatan terhadap alat secara rutin.
    5. Melakukan toolbox briefing tiap hari.
    6. Melakukan safety briefing tiap hari.
    7. Menunjuk pemimpin untuk memulai suatu pekerjaan.
    8. Melakukan 2 kali check peralatan sebelum dipastikan bahwa crane aman digunakan.
    9. ???? Mengapa tidak ada penjelasan untuk ke-9 dan ke-10?
    10. ????

    C. REKOMENDASI KEPADA PEKERJA LAPANGAN
    1. Mengikuti safety talk tiap pagi.
    2. Mengikuti toolbox meeting tiap pagi.
    3. Selalu mematuhi SOP yang sudah di buat.
    4. Operator melakukan pengecekan kembali sebelum menggunakan alat.
    5. Melakukan training terhadap semua pekerja.

    D. REKOMENDASI KEPADA PIHAK MANAJERIAL
    1. Membuat SOP
    2. Membuat JSA
    3. Melakukan MCU terhadap semua karyawan.
    4. Rutin melakukan toolbox meeting tiap pagi.
    5. Rutin melakukan safetu briefing tiap pagi.
    6. Memberikan fasilitas yang aman untuk pekerja.
    7. Memberikan sanksi untuk semua pekerja yang melanggar peraturan.
     


    Nama: Dylan Yosua Watulingas
    NIM: 14.11.106.701501.1314
    Semester: VI
    Kelas: B2

  23. Crane Nyangkut di Kabel Sutet, Dua Pekerja Alami Luka Bakar

    Karim RT 5/9, Jatikramat, Jatiasih, Bekasi akibat kelalaian operator crane pada Rabu (16/9) sekitar pukul 10.30 WIB. Ironisnya, dua orang pekerja menjadi korban dalam insiden tersebut.
    Berdasarkan informasi yang diterima Kriminalitas.com, kecelakaan kerja tersebut terjadi saat Mr. X sedang mengoperasikan crane. Diduga, ia melakukan kelalaian pada saat mengangkat beton menggunakan crane sehingga mengenai kabel sutet yang berada di atasnya. Akibatnya terjadi percikan sehingga menimbulkan ledakan dan mengeluarkan api yang cukup besar.
    Apesnya, api tersebut menyambar Enjang Saefudin (49) dan Medi bin Madna (60) yang berada sekitar 5 meter dari lokasi.
    Atas kejadian tersebut, kedua korban mengalami luka bakar dan telah dilarikan ke RS Cipto Mangunkusumo.
    Saat dikonfirmasi, Kasubag Humas Polres Metro Bekasi Kota AKP Siswo membenarkan adanya peristiwa tersebut.
    “Benar telah terjadi peristiwa tersebut, namun kami masih menyelidiki apakah ini murni kecelakaan kerja atau kelalaian,” ujar Siswo.
    Ia melanjutkan, Mr. X sendiri sudah menyerahkan diri. “Mr. X datang sendiri kepada kami dan saat ini sedang menjalani pemeriksaan di Polsek Jatiasih,” pungkasnya.
     


    Analisa kejadian pada crane nyangkut di kabel sutet, dua pekerja alami luka bakar memungkinkan ada dua faktor penyebab kejadian:

    1. Faktor Penyebab Langsung.
    – Crane yang menyentuh kabel sutet pada saat pengangkatan beton berlangsung.

    2. Faktor Penyebab Tidak Langsung.
    – Operator crane yang tidak memperhatikan kabel sutet yang berada di atas pada saat pengangkatan berlangsung.
    – Signalman (juru aba-aba) yang lalai dalam memberikan arahan kepada operator crane.
    – Para pekerja yang berdekatan dengan crane yang sedang beroperasi pada saat pengangkatan.

    Rekomendasi yang di berikan pada perusahaan.
    – Training pada operator dan signalman yang akan menjalankan crane agar mengetahui pentingnya keselamatan dalam bekerja.
    – Operator yang harus memiliki sertifikat SIO (Surat Izin Operator) dan SIA (Surat Izin Alat).
    – signalman juga harus memiliki sertifikat SIO.
    – Inspeksi pada area yang akan digunakan untuk pengangkatan beton di lokasi crane.
     


    A. Tindakan perbaikan (Corrective Action) terhadap kejadian ada 5 yaitu:
    1. Pengecekan pada crane.
    2. Perbaikan permanen jika mampu untuk di perbaiki.
    3. Pertolongan pada korban kecelakaan.
    4. Pergantian alat pada crane yang tidak layak pakai.
    5. Pengetesan pada crane yang sudah di perbaiki.

    B. Tindakan pencegahan ada 10 yaitu:
    1. Pemadangan berikade pada wilayah berbahaya.
    2. Peletakan rambu-rambu yang rawan bahaya.
    3. Trainning pada pekerja sebelum memulai pekerjaan.
    4. Komunikasi dua arah.
    5. Penempatan crane yang jauh dari kabel sutet.
    6. Pengangkatan yang sesuai dengan prosedur.
    7. Operator dan signalman yang ahli.
    8. Penggunaan area yang aman bagi pengoperasian crane.
    9. Stabilitas pada crane.
    10. Pengoperasian sesuai dengan SOP.

    C. Rekomendasi pada jenjang pekerja lapangan ada 5 yaitu:
    1. Pemakaian APD.
    2. Pemberitahuan terhadap lokasi bahaya.
    3. Mentaati prosedur perusahaan.
    4. Mengikuti semua instrumen yang telah di berikan.
    5. Komunikasi dua arah.

    D. Rekomendasi pada jenjang manajerial (perusahaan) ada 5 yaitu:
    1. Pergantian operator dan signalman.
    2. Pengecekan studi kelayakan crane.
    3. Pemakaiqn APD pada semua pekerja.
    4. Pembuatan rambu-rambu pada area yang berbahaya.
    5. Menganalisa tentang kecelakaan tersebut agar kecelakaan tidak terjadi lagi.

    Sumber Pustaka : Kriminalitas.com edisi, 16 September 2016 13:25 WIB
    http://kriminalitas.com/crane-nyangkut-di-kabel-sutet-dua-pekerja-alami-luka-bakar/
     


    Nama : Agung Ardiansyah
    NIM : 14.11.106.701501.1461
    Semester : VI
    Kelas : B2

  24. Tower Crane Roboh, Satu Tewas Enam Luber

    KAYUAGUNG – Kasus crane roboh hingga merenggut korban jiwa, tak hanya terjadi di Masjidilharam, Mekah, beberapa waktu lalu. Di Kabupaten OKI, robohnya tower crane milik kontraktor PT Modern Widya Tecnical (PT MWT), menyebabkan satu orang tewas dan enam lainnya luka berat (luber).
    Kejadiannya di pabrik PT OKI Pulp dan Papers Mills, berlokasi di Dusun Sungai Baung, Desa Bukit Batu, Kecamatan Air Sugihan, Senin (21/9) sekitar pukul 10.30 WIB. “Saya belum tahu, sedang ibadah haji di Mekah,” singkat perwakilan manajemen PT OKI Pulp & Paper Mills, Gadang Hartawan, saat dihubungi Sumatera Ekspres, kemarin (22/9).
    Terpisah, Kapolres OKI AKBP M Zulkarnain, melalui Kapolsek Air Sugihan Iptu Damarson SH, menceritakan hari itu ada tujuh karyawan PT MWT, bermaksud membongkar tower crane, untuk digeser ke tempat lain. “Ketika sedang membongkar crane itulah, tiba-tiba tower setinggi 20 meter itu roboh. Menimpa ketujuh karyawan itu,” jelas Damarson, kemarin.
    Korban yang meninggal dunia, Juberhot Nainggolan, dengan luka di bagian kepala. Enam lainnya yang luka-luka, atas nama Kuswara, Mawi, Dwi, Surono, Supanto dan Rayer. “Mereka ada yang patah kaki, lecet di tubuh, dan lainnya. Sempat dibawa ke klinik di desa setempat, kemudian dirujuk ke RS RK Charitas Palembang,” terangnya.
    Kata Damarson, pihaknya belum bisa menyimpulkan apakah ada unsur kelalaian dalam kecelakaan kerja itu. “Sejauh ini kami masih melakukan penyelidikan. Yang jelas, pihak kontraktor dalam hal ini PT MWT, akan kami panggil untuk dimintai keterangannya. Termasuk saksi-saksi rekan kerja korban,” pungkasnya. (hak/air)
     


    1.Analisis kecelakaan kerja tersebut terjadi :
    Bermaksud membongkar tower crane, untuk digeser ke tempat lain. “Ketika sedang membongkar crane itulah, tiba-tiba tower setinggi 20 meter itu roboh. Menimpa ketujuh karyawan itu, dan menyebabkan satu orang tewas dan enam lainnya luka berat (luber).

    a). Faktor penyebab langsung :
    – Proses pembongkaran tower crane dengan alat bantu lain seadanya
    – Tidak mengikuti prosedur yang adadalam pembongkaran tower crane yang baik sehingga crane seketika roboha

    b). Faktor penyebab tidak langsung :
    – Pengawasan yang kurang baik terhadap karyawan
    – Perencanaan pembongkaran crane yang tidak sesuai prosedur
    – Kurangnya kesadaran karyawan tentang aspek keselamatan dan kesehatan kerja(K3)

    2.Rekomendasi yang diberikan :
    – Memastikan prosedur sudah berjalan dengan baik
    – Menyediakan alat bantu lain yang memadai untuk proses pembongakaan
    – Harus dilakukan oleh orang yang qualified( berkualiatas)
    – Secara berhati – hati saat pembongkaran crane sehingga tidak menimbulkan kerusakan berlebih serta tidak menimbulkan korban jiwa
    – Tenaga kerja yang sudah terlatih, berpengalaman, dan tentunya bersertifikat
    – Seluruh karyawan diberikan sosialisasi terhadap aspek keselamatan kerja
     


    A. Tindakan perbaikan (corrective action) terhadap pembongkaran tower crane :
    1. Melakukan inspeksi tempat kerja terlebih dahulu agar aman dan terhindar dari insiden yang tidak di inginkan
    2. Pengujian, memeriksa, pemantauan tehadap peralatan yang ingin digunakan sebelum melakukan pengoperasian pembongkaran tower crane
    3. Pengecekan kembali semua peralatan yang ada di sekitar apakah ada suatu alat yang tidak layak pakai
    4. Meninjau ulang kegagalan system dari pembongkaran tower crane
    5. Menijau persyaratan prosedur dan peraturan perundangan – undangan yang sdh ada demi menjamin keselamatan pekerja dan sekitar area pembongkaran tower crane

    B. Tindakan pencegahan (preventive action) terhadap pekerjaan pembongkaran tower crane :
    1. Memonitor proses/performance yang ada disekitar pekerjaan khususnya dibagain pembongkaran tower crane yang sedang beroperasi
    2. Menganalisis proses suatu pekerjaan tersebut
    3. Penilaian resiko yang dapat diperhitungkan
    4. Menyarankan kepada karyawan agar tetap mematuhi prosedur yang telah ada
    5. Jadwal pembongkaran harus benar benar di waktu yang tepat sudah mendapatkan ijin dari dari manajemen
    6. Pengamatan karyawan sangatlah penting agar supaya proses tersebut dapat tercapai tanpa ada satu kecelakaan tersebut terjadi
    7. Mengikuti SOP Yang sudah diterapkan suatu pekerjaan tersebut
    8. Meminimalisirkan suatu kecelakan
    9. Temuan – temuan audit dalam pembongkaran atau di luar pekerjaan tersebut
    10. Mencari akar masalah untuk suatu perbaikan pekerjaan tersebut

    C. Rekomendasi Anda pada jenjang pekerja lapangan
    1. Berkompeten dan memiliki kesadaran akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja di area kerja
    2. Kepedulian dan pengetahuan pekerja terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja
    3. Pengenalan dan fungsi dari peralatan keamanan yang digunakan untuk pekerjaan tersebut
    4. Pengawasan yang selalu terjalin dalam melakuan sesuatu pekerjaan
    5. Memunculkan sikap sadar akan bahaya yang ada di lingkungan kerja

    D. Rekomendasi Anda pada jenjang manajerial (perusahaan)
    1. Menyediakan peralatan yang memadai dengan begitu kecelakaan dapat di minimalisir
    2. Memberikan training pada pekerja yang tidak berkompeten pada pekerjaan tersebut atau tidak ada pengetahuan dalam bidang pekerjaan tersebut
    3. Memberikan informasi mengenai peraturan-peraturan atau posedur kerja sebelum para pekerja memulai aktifitas mereka masing-masing
    4. Menjalin komunikasi antara atasan dan bawahan, sehingga instruksi atasan ke bawahan jelas.
    5. Menerima pekerja yang benar – benar tersetifikasi dengan pengalaman yang telah ada
     
    Sumber pustaka : Sumatra ekspres, edisi Senin 22 September 2015 10.30 WIB
    http://www.sumeks.co.id/index.php/dor/147-tower-crane-roboh-satu-tewas-enam-luber
     


    Nama: Achmad Amiruddin
    NIM: 14.11.106.701501.1439
    Semester: VI
    Kelas: B2

  25. Tertimpa Besi Crane Pekerja PLTP Sarulla Taput Tewas

    Taput – Seorang pekerja proyek Sarulla Operation Limited (SOL) Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sarulla, Tapanuli Utara (Taput), Sumut, Baik Alfenso Situngkir (22), tewas setelah mengalami kecelakaan kerja di NIL Desa Simataniari, Kecamatan Pahae Julu.
    Informasi diperoleh medansatu.com, korban tewas merupakan warga Saribu Dolok, Kabupaten Simalungun. Korban adalah karyawan PT Paris, subkontraktor PT Hyundai, konsorsium dari SOL.
    Saat kejadian, alat berat crane sedang mengangkat besi ulir untuk dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain, karena hendak dipasang di lokasi proyek tersebut. Ketika crane mengangkat besi itu, tiba-tiba salah satu tali crane pengikat besi putus sehingga tidak stabil.
    Lalu besi yang bobotnya cukup berat terangkat ke atas lalu jatuh menimpa tubuh korban yang saat itu berada di bawah crane. Melihat rekannya ditimpa besi, rekan kerja korban melarikannya ke puskesmas Onan Hasang, Pahae Julu.
    Namun nyawa korban tidak bisa diselamatkan. Tadi malam jenazah korban langsung dibawa menuju kediamannya di Kabupaten Simalungun untuk disemayamkan.
    Humas SOL proyek PLTP Sarulla, Hindustan Sitompul, ketika dikonfirmasi membenarkan peristiwa tersebut. “Kita bersama Hyundai dan PT Paris masih melakukan investigasi internal terkait kecelakaan kerja itu,” ujarnya.
    Sementara Kapolres Taput, Dudus Harley Davidson SIk, melalui Kasubbag Humas Aiptu W Baringbing mengatakan, pihaknya sedang berkoordinasi dengan SOL untuk menyelidiki kecelakaan tersebut.
    “Kita masih melakukan penyelidikan dan memintai keterangan dari rekan kerja korban pada saat terjadi kecelakaan,” terangnya. (bisnur sitompul)
     


    1. Analisis terjadinya kecelakaan :
    Seorang pekerja meninggal dunia setelah tertimpa besi ulir yang di angkat dari crane . Penyebabnya salah satu tali pengikat besi putus sehingga besi yang bobotnya cukup berat jatuh .
     
    2. Penyebab Langsung
    – Tali crane pengikat beban terputus , menyebabkan besi yang di angkat jatuh .
    – Tidak adanya rigger yang memastikan adanya pekerja lain yang berada di posisi membahayakan pada saat pengkatan.
    – Rigger tidak dalam posisi mengamankan area pengangkatan agar aman .
    – Tidak di lakukan pengecekan terhada tali pengikat .
    – Tidak adanya tanda bahaya pada saat pekerjaan berbahaya berlangsung.
     
    3. Penyebab tidak langsung .
    – Isnpeksi pada peralatan tidak berjalan dengan baik.
    – Rigger tidak memiliki kemampuan yang bagus atau kurang terlatih.
    – Kurangnya Kepedulian terhadap safety pada saat bekerja.
    – Pengawasan yang tidak berjalan dengan baik .
     
    4. Rekomendasi
    – Melakukan safety briefing sebelum bekerja agar para pekerja tidak meremehkan aspek keselamatan pada saat bekerja.
    – Memastikan inspeksi peralatan berjalan dengan baik.
    – Memastikan agar pekerja adalah orang yang benar benar terlatih dengan cara pekerja harus memiliki sertifikat atau sudah melaksanakan training.
    – Meningkatkan aspek K3.
    – Harus memiliki pekerja safety.
     


    Analisa selanjutnya :

    A. Corrective Action
    1. Melakukan Meeting agar dapat merencanakan skema pekerjaan yang baik dan aman.
    2. Mengecek peralatan kerja yang akan digunakan.
    3. Melakukan komunikasi secara berkelanjutan.
    4. Mengganti peralatan yang sudah tidak layak pakai.
    5. Segera menolong korban yang kecelakaan.

    B. Preventive Action
    1. Memberikan Training pada pekerja.
    2. Membuat barikade di area pengangkatan crane.
    3. Inspeksi alat secara berkala.
    4. Memberikan APD kepada para perkerja.
    5. Memberi sangsi kepada pekerja yang tidak menaati aturan.
    6. Melakukan safety induction sebelum memulai pekerjaan.
    7. Memasang rambu rambu di area kerja.
    8. Memakai alat komunikasi dua arah seperti HT.
    9. Melakukan pekerjaan sesuai dengan SOP.
    10. Pengujian kelayakan peralatan pekerjaan.
    11. Membuat sistem evakuasi keadaan darurat.

    C. Rekomendasi pada jenjang pekerja lapangan
    1. Memastikan seluruh pekerja yang ada di area kerja menggunakan APD
    2. Memberi training safety secara berkala.
    3. Memastikan pekerja crane adalah orang yang terlatih dan tersertifikasi.
    4. Melakukan pengawasan terutama pada pekerjaan yang berbahaya.
    5. Komunikasi dua arah.

    D. Rekomendasi pada jenjang manajerial
    1. Membuat Peraturan peraturan safety.
    2. Membentuk organisasi safety pada perusahaan.
    3. Penyediaan APD untuk semua pekerja.
    4. Pengecekan studi kelayakan pada crane.
    5. Sertifikasi pada pekerja yang melakukan pekerjaan khusus seperti operator crane.
    6. Menjalankan audit internal dan eksternal.
     
    Sumer Pustaka : medansatu.com, edisi selasa 17 Mei 2016 17.15 WIB
    http://medansatu.com/berita/18298/innalillah-tertimpa-besi-crane-pekerja-pltp-sarulla-taput-tewas/
     


    Nama : Andi Apriadi Adha
    NIM : 14.11.106.701501.1550
    Semester : VI
    Kelas : B2

  26. Tak Kuat Angkat Beban, Crane Roboh Timpa Bangunan RSMH Palembang

    Diduga lantaran dalam posisi tak seimbang saat mengangkat mesin genset seberat 8 ton, sebuah alat berat berupa crane akhirnya jatuh dan menimpa sebuah bangunan di RSMH Palembang, Rabu (16/12) sekitar pukul 02.30.
    Akibat dari kejadian itu, bangunan yang diketahui sebagai rumah genset yang sedang diangkat oleh alat berat tersebut pun rata dan hancur lebur.
    Selain itu, crane berwarna kuning yang memiliki tiang setinggi kurang lebih 20 meter itu juga ikut menimpa ruang radiologi atau ronsen.
    Hingga berita ini diturunkan, alat berat tersebut masih belum dievakuasi. Pihak kepolisian dari Polsekta Kemuning Palembang juga telah memasang garis polisi.
     


    1. Analisis Kecelakaan
    Crane roboh menimpa bangunan RSMH Palembang Karena posisi tidak seimbang saat mengangkat mesin genset seberat 8 ton.
     
    a. Faktor penyebab langsung
    – Operator salah dalam memposisikan crane pada saat pengangkatan
    – Operator bekerja tidak sesuai SOP
     
    b. Faktor penyebab tidak langsung
    – Kurangnya training pada operator
    – Kurangnya pengawasan pada saat pengangkatan genset
    – Tidak adanya pengecekan area posisi crane pada saat sebelum pengangkatan
     
    2. Rekomendasi
    – Memberikan training pada operator
    – Memastikan area bekerja aman dari bahaya
    – Memposisikan crane pada bidang yang rata atau seimbang dan kuat untuk menahan beban crane beserta beban yang akan diangkat
    – Memastikan operator bekerja sesuai SOP
     


    A. Tindakan Perbaikan ( Corrective Action)
    1. Tidak memposisikan crane pada bidang yang tidak datar atau seimbang
    2. Menggunakan crane yang sesuai atau lebih dari pada beban yang akan diangkat
    3. Mencari posisi yang lebih aman
    4. Melakukan pekerjaan pada saat sepia tau memblok lokasi pekerjaan
    5. Mengecek crane dalam kondisi baik
     
    B. Tindakan Pencegahan (Preverentive Action)
    1. Operator memiliki surat ijin sesuai bidangnya
    2. Memberikan pengawasan saat ingin melakukan pengangkatan
    3. Mencari posisi yang aman untuk memposisikan crane
    4. Memastikan crane sudah diperiksa dalam kondisi baik
    5. ???
    6. ???
    7. ???
    8. ???
    9. ???
    10. ??? Mana analisis Anda untuk upaya pencegahan ke-5, ke-6, ke-7, ke-8, ke-9 dan ke-10?

     
    C. Rekomendasi jenjang pekerja lapangan
    1. Memastikan area bekerja aman
    2. Memposisikan crane pada bidang yang rata dan seimbang
    3. Meminta arahan dari pekerja lain
    4. Memastikan crane dalam kondisi baik
    5. Memastikan beban yang diangkat sesuai kapasitas crane
     
    D. Rekomendasi jenjang manajerial
    1. Mencari operator yang berpengalaman dibidangnya
    2. Memberi training pada pekerja baru
    3. Memastikan bekerja sesuai SOP
    4. Menunjuk pengawas untuk mengawasi
    5. Memastikan operator memiliki simper
     
    Mana daftar pustaka/sumber rujukannya?
     


    Nama: Wahyu Rahmadani
    NIM: 14.11.106.701501.1313
    Semester: VI
    Kelas: B2

  27. Ya Ampun.. Buruh Pelabuhan Tewas Kejatuhan Katrol Crane, Wajahnya Hancur!
     
    PROKAL.CO, BANJARMASIN – Seorang buruh meninggal dunia setelah mengalami kecelakaan saat melakukan aktifitas bongkar muat baku semen dari tumpahan truk, Sabtu (18/2) pukul 22.15 wita di dermaga 500 Pelabuhan Trisakti.
    Wajahnya hancur akibat kejatuhan besi katrol crane. Korban bernama Supiani warga Jalan Banyiur Dalam Gang SMPN 25 RT 16, Basirih, Banjarmasin Barat. 
    Informasi didapat Radar Banjarmasin Online, korban bersama beberapa orang rekannya tengah bekerja memuat bahan baku semen (Klinker) dari tumpahan truk dengan menggunakan sekop untuk dimasukan ke jarin yang dilapisi terpal dan kemudian diangkat dengan menggunakan crane yang ada di atas KM Damai Sejahtera 6. 
    Tiba-tiba crane yang mengangkat klinker patah karena tali sling (kawat baja) putus dan besi katrol yang ada di crane jatuh dan menimpa korban. Rekan korban berupaya membawa korban ke Rumah Sakit TPT Dr R Soeharsono dengan menggunakan mobil PT Pelindo III Banjarmasin, tapi nyawa korban tidak tertolong. 
    Kapolresta Banjarmasin Kombes Pol Anjar Wicaksono ketika dikonfirmasi membenarkan hal tersebut. “Sudah tahap penyidikan oleh Polsek KPL,” kata kapolres dalam pesan singkatnya.
     


    1. Analisis
     
    – Faktor penyebab langsung :
    Pengangkatan bahan baku semen (Klinker) melebihi batas kapasitas Crane yang ada di KM Damai Sejahtera 6. Sehingga menyebabkan tali Sling putus dan besi Katrol yang ada di Crane jatuh dan menimpa korban
     
    – Faktor penyebab tidak langsung :
    Pekerjaan beresiko tinggi namun tidak ada Safeguard nya. Pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti helm sehingga kontak langsung terjatuhnya Katrol terjatuh
     
    2. Rekomendasi
    – Melakukan pengecekan Alat Angkut (Crane) sebelum menggunakan Alat dan mengetahui kapasitas pengangkatan yang di gunakan
    – Membuat prosedur pekerja seperti SOP, JSA, HAZOP dan lain-lain
    – Pekerja harus di training dan Operator Crane harus mempunyai Surat Izin Operasi (SIO)
    – Perusahaan harus menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) dan pekerja wajib menggunakan dalam bekerja
     


    A. Corrective Action
    1. Melakukan inspeksi peralatan secara rutin
    2. Melakukan analisa bahaya serta perencanaan Safeguard yang efisien terhadap pekerjaan
    3. Sebelum pengangkatan menggunakan crane, harus melakukan penghitungan beban terlebih dahulu yang disesuaikan batas maksimal crane
    4. Memperbaiki sistem prosedur dan kebijakan K3 yang belum berjalan di Perusahaan
    5. Melakukan Audit untuk mengevaluasi kinerja K3 dan sebagai bahan acuan bagi Perusahaan untuk melakukan perbaikan dan meminimalisir resiko terjadi nya accident
     
    B. Preventive Action
    1. Menjalankan prosedur dan aturan K3 di tempat kerja
    2. Menyediakan sarana prasarana K3 dan pendukungnya
    3. Pemantauan pengendalian kondisi tidak aman di tempat kerja
    4. Menganalisa area kerja, untuk meminimalisir bahaya apa saja yang bisa terjadi
    5. Memberikan pelatihan K3 terhadap pekerja
    6. Memberikan pengarahan penyaluran instruksi dan informasi yang lengkap dan jelas kepada para pekerja
    7. Melakukan konsultasi mengenai penerapan K3 kepada pekerja
    8. Mensosialisasikan kepada pekerja untuk selalu mengenakan Alat Pelindung Diri (APD)
    9. Melakukan penempatan pekerja secara tepat agar keserasian antara bakat dan kemampuan fisik pekerja dengan tugasnya
    10. Mengikuti standar prosedur kerja
     
    C. Rekomendasi untuk pekerja lapangan
    1. Melakukan pemeriksaan rutin sebelum menggunakan crane
    2. Meningkatkan kerja sama dalam bekerja
    3. Memperhitungkan beban yang di angkut
    4. ???
    5. ??? Mana analisis Anda untuk rekomendasi kepada pekerja yang ke-4 dan ke-5?

     
    D. Rekomendasi untuk perusahaan
    1. Membuat peraturan – peraturan berdasarkan Undang – Undang dan prosedur penggunaan crane.
    2. Menggunakan perbaikan sistem prosedur dan kebijakan – kebijakan standar pengangkutan dalam menggunakan crane.
    3. Merekrut tenaga kerja operator crane yang berpengalaman dan mempunyai SIO (Surat Izin Operasional) dan lisensi K3 dalam mengoperasikan crane.
    4. Memberikan training dalam pengoperasian crane kepada operator.
    5. Melakukan Audit secara berkala sebagai bahan evaluasi kinerja K3 untuk perusahaan.
     
    Sumber Pustaka : PROKAL.CO , edisi Senin 20 Februari 2017 10:43 WITA
    http://kalsel.prokal.co/read/news/7969-ya-ampun-buruh-pelabuhan-tewas-kejatuhan-katrol-crane-wajahnya-hancur.html
     


    Nama : Irfan Rizqoni
    NIM : 14.11.106.701501.1287
    Semester : VI
    Kelas : B2

  28. Tugas 1
    Tower Crane Setinggi 30 Meter Roboh dan Timpa 5 Rumah Warga di Jalan Rajawali Palembang
    Palembang (Sriwijaya TV) – Selasa, 20 Oktober 2015 Sebuah tower crane setinggi 30 m yang digunakan untuk pembangunan hotel di jalan Rajawali Lorong Pipit 1 RT 22/5 Kelurahan 9 ilir Kecamatan Ilir Timur 2 Palembang , Jatuh dan menimpa 5 rumah warga dan 2 buah mobil yang sedang terpakir disekitar area tower crane , tower crane diduga jatuh dan menimpa rumah warga tersebut dikarenakan kontur tanah dan konstruksi tanah tidak kuat menahan berat dari tower crane tersebut .
    Menurut Kasat Reskrim Polresta Palembang Kompol Maruli Pardede yang ditemua pada hari Rabu 21 oktober 2015 mengatakan , sejauh ini untuk insiden robohnya crane ini sedang dilakukan penyelidikan dari tim Labfor Polresta Palembang , dan perwakilan dari pemilik rumah-rumah yg menjadi korban dari jatuhnya crane tersebut telah memberikan keterangan dan informasi ke Polresta Palembang .
    Kompol Maruli Pardede juga menambahkan , terkait unsur pidana pada insiden jatuhnya crane tersebut telah sedang dilakukan penyelidikan di area jatuhnya crane tersebut dan tinggal menunggu hasil dari tim Labfor apakah crane yang jatuh dan menimpa 5 rumah warga dan 2 buah mobil yang sedang parkir ini , murni kasus kecelakaan atau ada unsur kesengajaan di dalamnya .
    Tugas 2
    Tower Crane Setinggi 30 Meter Roboh dan Timpa 5 Rumah Warga di Jalan Rajawali Palembang
    Palembang (Sriwijaya TV) – Selasa, 20 Oktober 2015 Sebuah tower crane setinggi 30 m yang digunakan untuk pembangunan hotel di jalan Rajawali Lorong Pipit 1 RT 22/5 Kelurahan 9 ilir Kecamatan Ilir Timur 2 Palembang , Jatuh dan menimpa 5 rumah warga dan 2 buah mobil yang sedang terpakir disekitar area tower crane , tower crane diduga jatuh dan menimpa rumah warga tersebut dikarenakan kontur tanah dan konstruksi tanah tidak kuat menahan berat dari tower crane tersebut .
    Menurut Kasat Reskrim Polresta Palembang Kompol Maruli Pardede yang ditemua pada hari Rabu 21 oktober 2015 mengatakan , sejauh ini untuk insiden robohnya crane ini sedang dilakukan penyelidikan dari tim Labfor Polresta Palembang , dan perwakilan dari pemilik rumah-rumah yg menjadi korban dari jatuhnya crane tersebut telah memberikan keterangan dan informasi ke Polresta Palembang .
    Kompol Maruli Pardede juga menambahkan , terkait unsur pidana pada insiden jatuhnya crane tersebut telah sedang dilakukan penyelidikan di area jatuhnya crane tersebut dan tinggal menunggu hasil dari tim Labfor apakah crane yang jatuh dan menimpa 5 rumah warga dan 2 buah mobil yang sedang parkir ini , murni kasus kecelakaan atau ada unsur kesengajaan di dalamnya .
    Analisa Kecelakaan Tower Crane Setinggi 30 Meter Roboh dan Timpa Rumah Warga di Jalan Rajawali Palembang
    Kecelakaan tower crane pada berita tersebut disebabkan oleh 2 faktor yaitu :
    a) Penyebab Langsung
    -Beban yang diangkat oleh tower crane melebihi batas izin kemampuan atau overload
    -Terdapat Kemiringan pada tiang tower crane
    -Pondasi tower crane tidak kuat
    -Struktur tanah tidak kuat menahan bobot tower crane
    -Umur tower crane sudah tua
    -Jadwal penggunaan tower crane yang terlalu dipaksakan
    -Sambungan tower crane tidak kuat atau tidak terpasang dengan sempurna
    -Kurangnya pengawasan di area tower crane
    b) Penyebab Tidak Langsung
    -Perencanaan Pengangkatan yang kurang baik
    -Sumber daya manusia (pekerja) yang tidak memenuhi persyaratan
    -Perencanaan pemasangan tower crane yang tidak sesuai
    -Kurangnya observasi atau survei lapangan dimana tower crane didirikan
    C)Rekomedasi terkait kecelakaan tower crane tersebut :
    -Saat pemasangan tower crane harus dicek ketegakannya dari dua sisi yang berbeda menggunakan alat ukur theodolit dengan angka kesalahan maksimal 0,55 mm.
    -Pastikan dimensi tower crane tidak terlalu kecil
    -Pastikan bahan bangunan yang digunakan untuk pembangunan crane sesuai dengan spesifikasi material yang dibutuhkan
    -Buat jadwal pengoperasian crane agar crane dapat diistirahatkan dan tidak bekerja secara terus menerus , hal ini digunakan untuk meengantisipasi kelelahan operator ataupun tower crane itu sendiri
    -Pastikan sambungan tower crane terpasang dengan kuat dan sempurna
    -Melakukan Perhitungan SWL dan WLL sebelum Tower Crane mulai dioperasikan
    -Melakukan inspeksi kelayakan pada tower crane sebelum digunakan
    -Memastikan SOP dan JSA sudah berjalan dengan baik
    Tugas 3
    A. Corrective Action
    1 Memeriksa kondisi tanah sebelum membangun atau mendirikan tower crane
    2 Melakukan inspeksi peralatan pada setiap pengerjaan pengangkatan menggunakan tower crane
    3 Membuat analisa bahaya dari pengerjaan tower crane
    4 Membuat safeguard / tindakan penanganan terkait kecelakaan atau kesalahan sistem dan proses pada tower crane
    5 Melihat sistem , prosedur dan peraturan perundangan – undangan yang ada demi menjamin keselamatan pekerja dan sekitar area pembangunan crane
    B. Preventive Action
    1 Safety Briefing dan koordinasi sebelum memulainya pengerjaan pengangkatan atau pembangunan tower crane.
    2 Memeriksa struktur pembangunan tower crane yang meliputi bahan bahan dan material tower crane
    3 Dibutuhkannya kerja sama yang baik antara operator dan rigger dalam pengerjaan pengangkatan
    4 Setiap operator ataupun pekerja di area tower crane memiliki SIO ataupun pengalaman yang terkait dalam soal menggunakan peralatan angkat angkut .
    5 Memberlakukan pemeriksaan tower crane sebelum pergantian shift operator
    6 Membuat Emergency Respon Team terkait pencegahan terjadinya kecelakaan pada area tower crane
    7 Membersihkan area sekitar tower crane seperti peralatan dan material pada saat pekerjaan selesai.
    8 Disediakannya lokasi yang aman di area sekitar pengerjaan tower crane
    9 Memberikan training pada setiap pekerja yang terkait pembangunan maupun pengerjaan pengangkatan tower crane .
    10 Menaruh rambu rambu larangan terkait bahaya di area sekitar tower crane
    C. Rekomendasi untuk pekerja lapangan
    1 Melakukan pemeriksaan secara rutin/ setiap hari apakah kondisi tower crane siap untuk dioperasikan
    2 Memastikan area tower crane aman
    3 Menghitung WLL dan SWL
    4 Memberikan safety induction terkaiat tower crane
    5 Gunakan APD yang telah disediakan di area tower crane
    D. Rekomendasi untuk perusahaan
    1 Melakukan Perbaikan terkait perancangan dan struktur pembangunan tower crane
    2 Memeriksa bahan bahan material pembangunan tower crane apakah sudah sesuai standar
    3 Melakukan evaluasi terkait pemeliharaan , penggunaan dan inspeksi pada tower crane
    4 Membuat SOP dan JSA terkait proses atau pengerjaan pengangkatan menggunakan tower crane
    5 Memberikan training kepada setiap orang yang bekerja di area sekitar tower crane
    Nama: Getar Insani
    NIM: 14.11.106.701501.1401
    Semester: VI
    Kelas: B2
    Sumber pustaka : SriwijayaTV.com, edisi Rabu 21 oktober 2015.
    http://www.sriwijayatv.com/read/10554/tower-crane-setinggi-30-meter-roboh-dan-timpa-5-rumah-warga-di-jalan-rajawali-palembang.html


    Komentar Dosen:
    Tugas Anda DITOLAK karena sudah melampaui batas waktu.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.